Rabu, 31 Juli 2013

Barbie Botak Terapi Kanker Pada Anak

Barbie tanpa rambut dapat dijadikan media terapi bagi anak-anak pengidap kanker.

Barbie Botak Terapi Kanker pada Anak (© EPA / TYTUS ZMIJEWSKI)

Anak-anak pengidap kanker bermain barbie botak di Rumah Sakit Jurasz University di Bydgoszcz, Polandia, 19 Juli 2013. Rumah Sakit Jurasz adalah satu-satunya rumah sakit yang menggunakan barbie botak sebagai media penyemangat anak-anak pengidap kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Perusahaan Mattel membuat boneka barbie botak khusus untuk anak pengidap kanker yang kehilangan rambutnya karena menjalani kemoterapi.

Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan dalam penyembuhan penyakit. Istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker. Tujuan kemoterapi pada kanker adalah menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel sel onkogen (kanker) pada tubuh pasien.
Salah satu dampak dari kemoterapi adalah merontokan sel sel rambut yang sedang aktif. Seperti yang dialami pasien kemoterapi pada umumnya, khususnya pasien anak-anak seperti di Rumah Sakit Jurasz ini. Karena itu, barbie merupakan salah satu cara dan media penyemangat mereka menghadapi penyakit-penyakit yang dialaminya yang membuat mereka kehilangan rambut-rambut indahnya.

Barbie Botak Terapi Kanker pada Anak (© EPA / TYTUS ZMIJEWSKI)

Barbie Botak Terapi Kanker pada Anak (© EPA / TYTUS ZMIJEWSKI)

Barbie Botak Terapi Kanker pada Anak (© EPA / TYTUS ZMIJEWSKI)



Senin, 29 Juli 2013

Bukan Hewan Biasa

Hewan-hewan ini adalah hasil rekayasa genetika. Ada yang tampak lucu dan ada juga yang tampak menyeramkan.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Ikan Angelfish (Pterophyllum) tampak bersinar didalam aquarium yang gelap di peternakan ikan di Pingtung, Taiwan. Ikan ini merupakan angelfish neon pertama yang berhasil diciptakan oleh Academia Sinica Taiwan dengan Jy Lin, sebuah bioteknologi milik swasta.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Asisten labolatorium sedang mempersiapkan seekor kelinci yang akan diambil susunya di Biological Centre dekat kota Moskow, Rusia. Para ilmuwan tersebut sedang mengkloning kelinci yang menghasilkan susu lebih banyak.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Seorang ilmuwan dari Korea Selatan sedang menggendong Snuppy, anjing kloning pertama yang diambil dari sel anjing dewasa.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Ieraz-Cryozootech-Stallion, seekor kuda kloning berumur 48 hari berlari-lari di kota Cremona, Italia. Kuda kecil ini dikloning dari kuda-kuda Arab.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Unta kecil kloning pertama di dunia, Injaz terlihat di Pusat Reproduksi Unta di Dubai.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Foto kombinasi seekor anjing neon umur tiga bulan Ruppy, tampak terang dalam kegelapan saat diterangi sinar ultra-violet di Universitas Nasional Seoul. Anjing ini adalah salah satu anjing yang membawa gen fluorescent. Para ilmuwan mengambil protein fluorescent dari anenomes laut yang disuntikan dalam sel anjing tersebut.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Salamander ini mampu menumbuhkan anggota badannya setelah terpenggal. Dalam mitos, hewan ini termasuk hewan dewa yang mampu membawa keberuntungan. Para ilmuwan sedang meneliti zat apa yang ada didalam tubuh salamnder tersebut, tetapi permasalahannya mulai berkurang akibat polusi air.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Dua babi tampak bercahaya tanpa adanya sinar di Provinsi Heilongjiang. Ini adalah babi pertama yang melalui rekayasa genetika.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Seorang profesor ini sedang meneliti tikus putih didepannya. Para ilmuwan di Itali telah menciptakan seekor tikus putih berotot seperti tikus putih yang sedang diperiksa.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Ilmuwan dari Israel telah membuat rekayasa genetika ayam tanpa bulu dengan tujuan agar ayam tersebut tidak kepanasan.

Bukan Hewan Biasa (© REUTERS / Pichi Chuang)

Dlly merupakan domba atau kabing kloning yang terkenal, ia telah meninggal sejak Februari 2003. Dolly sengaja dimatika karena memili penyakit paru-paru parah.

Jumat, 05 Juli 2013

The Long Distance Relationship - Short Film



The Long Distance Relationship

Ini film bener-bener bikin terharu banget:') serius. Yongki nunjukkin film ini waktu lagi les, dan ini bener-bener bikin.. hm.. speechless



Selasa, 02 Juli 2013

First Love (Part 2)

“The longer you have to wait for something, the more you will appreciate it when it finally arrives.” -ohteenquotes 

 Ogi. Prayogi Destiantoro, cowok keturunan pengusaha terkenal di negara ini, pewaris salah satu cabang terbesar di kota ini. Ramah, easy going dan low profil, itu lah yang bikin dia selalu jadi pujaan para cewek seantero raya, mungkin lebih tepatnya cewek-cewek matre. Selain itu dia punya badan yang tinggi, kulit agak sawo matang, lesung pipi sebelah kiri yang bikin tiap cewek yang ngeliat langsung meleleh, dan dia punya pembawaan yang asik karena itu gak jarang cewek yang ngefly kalo lagi ngobrol sama dia. Walaupun dia sering gonta ganti pacar, tapi tetep aja gak ada satu pun yang berhasil bikin dia bener-bener fall in love, dan kebanyakan pasti ceweknya duluan yang nembak, saking gak tahannya para cewek. Tapi, beda lagi urusannya kalo dia udah ketemu sama Ara, cuma dia satu satunya cewek yang bisa bikin hidup Ogi jungkir balik. Peri kecilnya. Cinta pertamanya. Dan sengaja ia rahasiakan ini dari Ara, setidaknya untuk sementara ini. 

“Kak handphone lo berisik banget sih itu telpon mulu, angkat apa kak” Rasya, adik perempuan Ara 

“Gak ah lagi males sama dia” 

“Siapa sih?” *liat handphone*

“Ohh kak Ogi, yaudah sini gue yang angkat” “Halo kak Ogi ya? Apa? Mau ngomong sama kak Ara?” ucap Rasya begitu mengangkat telpon itu. Ara melotot dan menggeleng-geleng kepala

“Kak Ara-nya gak mau jawab kak, dia cuma melototin aku sama geleng-geleng doang kak” umbar Rasya berikutnya 

“Ohh iya yaudah aku sampein kak, sebentar” ucap Rasya lalu menoleh ke arah Ara dan “Kak Ara kata kak Ogi nanti dia mau jemput kakak satu jam lagi, oke?” dengan kerasnya Rasya berbicara. Sekuat tenaga Ara merebut hp itu tetapi dengan tangkas Rasya menghindar. 

“Duh kak Ogi buru-buru jemput kak Ara deh ya biar aku gak dipukulin pake bantal terus. Gapapa kak udah kesini aja. Iya kak, bye” akhir pembicaraan Rasya dan Ogi yang isi jawabannya karangan Rasya semua. 

“Sialan lo, bangkec ah, ngapain sih lo?!” Ara melempari Rasya dengan bantal dan guling. Dan Rasya hanya tertawa-tawa sambil berlari keluar kamar. 

“Sialan emang adek laknat. Awas aja itu anak! Duh kalo Ogi dateng beneran matilah gue…” rutuk Ara dalam hati sambil membetulkan kunciran rambutnya dan membereskan kamarnya 

Gak lama kemudian “Kakaaak! Ada yang nyariin tuh dibawah” teriak Vrio, adik laki-laki yang paling kecil 

“Siapa Vri?” 

“Gatau tuh, dia lagi ngobrol sama kak Rasya di teras” 

“Sial itu pasti Ogi. Emang Rasya kampret. Awas aja itu anak” makinya dalam hati 

Begitu Ara turun ke teras bawah, Ogi terbengong-bengong melihat penampilan Ara. Kaos omblong pink dengan celana selutut dan cepolan berantakannya, serta kacamata bingkai hitam yang menghiasi kedua matanya. Simple dan manis, menurut Ogi. 

“Nah kak nih udah ada si korban. Silahkan dinikmati” ceplos Rasya dengan nada meledek puas. Kemudian dijawab Ara dengan pelototan mata dibalik bingkai hitamnya. 

“Hai Ra. Apa kabar?” Ogi basa basi karena salah tingkah 

“Baik. Ngapain lo kesini? Masih inget gue?” 

“Sorry Ra. Gue kesini mau ngejelasin semuanya” 

“Whatever you say lah ya” rolling eyes 

“Dengerin gue dulu Ra, please” dengan muka memohon yang membuat orang kalo melihat itu pasti tidak tega 

“Masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Tapi jangan disini, banyak yang nguping” 

Begitu mereka berdua sampai di kafe tempat pertama kali mereka sarapan bareng bersama Veca. Karena mood mereka sedang hancur, mereka hanya memesan minuman saja. 

“Ra? Hm sorry.. waktu itu bukan maksud gue..” Ogi membuka topik pembicaraan 

“Waitt! Ini ngebahas yang waktu itukan? Btw gue lagi males jadi lo gue kasih waktu 7 menit buat ngejelasin, dan abis itu gue mau pulang, banyak tugas.”

 “Oke terserah lo. Waktu gue ketemu lo ‘lagi’ hari minggu pagi itu yang kita ‘pertama kali’ kenalan, gue udah bertekad buat ngejaga dan gak akan ngelepasin lo ‘lagi’. Hari itu gue kayak seolah-olah ketemu sama mainan kesayangan gue dulu, bahagia banget rasanya. Dan setelah hari itu gue berniat buat putus dari pacar gue tapi dia selalu sibuk dan gak bisa diajak ngomong jadi gue nunggu waktu yang pas buat putusin dan hari dimana lo ngeliat gue itu hari gue mau putusin dia dan sekarang gue udah putus Ra sama dia. Tapi disaat gue udah putus, lo malah berbalik gini. Gue hubungin gak bisa, kalo gue ke rumah lo sering banget lo nya gak ada, dan Veca gak mau bantuin gue untuk urusan ini. Tapi untung tadi Rasya yang angkat telpon gue, jadi gue ketolong deh. Lo harus percaya sama gue, karena gue gak mau kehilangan lo ‘lagi’. Please Ra… Gue sayang lo.. ” Ogi menjelaskan semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi dan memegang kedua tangan Ara. 

 Ara yang mendengar itu langsung berpacu jantungnya, nafasnya tercekat, disatu sisi ia ingin sekali berpindah kesebelah Ogi dan memeluknya tetapi sisi lainnya menolak dan memerintahkannya untuk berpikir dengan logika bukan dengan perasaan. 

“Oke cukup, waktu lo habis gue mau pulang.” Hentak Ara sambil berdiri. Lalu disambarnya kembali tangan Ara secepat kilat, 

“Ra please dengerin gue dulu. Gue ngejelasin gini karena gue sayang sama lo dan gak mau kehilangan lo lagi walau gue besok harus…” 

“Stop it. Waktu lo udah abis gue bilang, lo gak denger?” potong Ara 

“Thanks udah mau jelasin itu semua ke gue. Gue terima maaf lo. Btw pertama, gue gak butuh baby sister buat ngejagain gue karena gue udah gede, kedua, maksud lo ngelepasin gue lagi? Berarti kemaren emang lo sengaja ngebiarin gue lepas dari lo dong ya? Ketiga, gue bukan mainan kesayangan lo dan gue gak mau disamain sama barang itu, lo kira gue gapunya perasaan? Keempat, kenapa sih dari tadi lo pake kata ‘lagi’ dan dikasih penekanan? Kapan kita ketemu sebelum ini semua?” tutur Ara dengan emosi yang sudah memuncak. 

Ogi melongo karena tidak percaya Ara akan secerewet dan sedetail itu mengatakannya. Ya wajar sih ya namanya juga cewek lagi emosi, apalagi udah puncaknya, cewek sependiem apapun pasti akan berkoar seperti itu kalau sudah melampaui batasnya masing-masing. Melihat reaksi yang diberikan Ogi, Ara langsung pergi tanpa berpamitan dan menoleh ke arah Ogi lagi. Dan kali ini Ogi hanya bisa membiarkan dia pergi ‘lagi’… 

“Lo pergi ‘lagi’ dan gue kehilangan lo ‘lagi’ entah kapan kita bisa ketemu lagi Ra…” ucap Ogi dialam bawah sadarnya. 

Sesampainya Ara di rumah, sejadi-jadinya ia menangis. Seperti biasa, ia akan membuka jendelanya dan melongokkan kepalanya keluar untuk mendapatkan angin yang lebih banyak. Ia merenungi semua yang telah terjadi selama kurang lebih 2 bulan ini. Semua indah, tanpa celah, sebelum badday itu datang. Tidak semua apa yang kita inginkan sejalan dengan apa yang kita lakukan dan yang terjadi pada kenyataannya. Ara berpikir, dia telah salah menafsirkan semuanya selama 2 bulan ini, ia kira perasaan yang muncul ini akan sebahagia dan semulus seperti diimajinasinya, tetapi ternyata lebih pait dari semua itu, bahkan otak pun sampai menolak memikirkan itu karena terlalu pait buatnya yang baru pertama kali mengenal semua ini. 

*** 

Keesokan harinya, saat jam pelajaran selesai dan digantikan dengan jam ekskul, Veca langsung menarik Ara untuk segera pergi dari sekolah karena ada yang ingin ia bahas dan tempatnya sangat tidak cocok bila dibahas di sekolah yang terlalu banyak kuping bertebaran. Begitu sampai mereka di kafe favorit mereka, langsung memesan dua gelas cappuccino dan 2 mangkok macaroni cheese yang akan menemani cerita mereka. Veca mengatur nafas dan menarik nafas untuk memulai cerita yang seolah-olah itu berat baginya ataupun Ara, kerena reflek, Ara langsung membuntuti menarik nafas. 

“Ra udah siap? Gue mau cerita nih” Veca memulai 
“Ih kamu tuh ya mau cerita doang kayak mau mulai upacara kepresidenan deh. Lebay ah.”

“Gue serius Araaa…” 

“So?” sahut Ara 

“He’s gone…”

 “What do you mean?” pernyataan Veca yang membuat kerutan dikening Ara 

“Oke sorry haha bukan pergi tapi pindah. Ogi kemaren pindah Ra ke Sevilla dia…” 

“APA?! Aku gak salah dengerkan Vec? Kamu gak salah ngomongkan Vec?” potong Ara tibatiba dengan mata mendelik dan handphone yang jatuh dari genggaman tangannya ke rok sekolahnya.

“Enggak Ra mangkanya..” 

“Kan apa aku bilang, dia emang cuma mau mainin aku doang. Dateng trus tibatiba pergi trus dateng lagi minta maaf dan sekarang pergi lagi. Udah aku duga dari awal, huft” sambar Ara dengan berapi-api dan diakhir denga hembusan nafas yang membuatnya sesak. 

“Ra calm down please, dengerin gue dulu. Kemarin waktu dia minta ketemuan sama lo, itu dia mau minta maaf sekaligus pamit, Ra, dia dapet beasiswa di Universidad de Sevilla dan kebetulan disana juga ada om nya jadi dia ambil deh beasiswa itu. Dia sama sekali gak ada maksud buat mainin lo sama ngelepasin lo lagi, Ra, cuma yaa namanya juga hidup, Ra, siapa yang tau jalannya yakan?” 

“Kapan kamu tau ini?” dengan nada lemahnya. 

“Kemarin sehabis dia ketemu sama lo, dia ke rumah gue dan cerita semuanya. Dia sama sekali gak ada niat apapun itu yang lo pikirin itu, Ra, semua asli terjadi tanpa bener-bener dia duga. Dia bilang dia pasti bakal kangen kita banget, apalagi lo, dan dia bilang dia mau kok nunggu lo, asal lo juga mau nunggu dia disini. Dia sayang banget sama lo.” 

“Berapa lama dia kuliah disana, Vec?”

“Hmm 2tahun Ra…” 

Hening 

“Vec..” 

“Hmm?” 

“Sevilla itu jauh kan ya Vec?” 

Veca tidak menjawab, karena jawaban yang Ara ajukan sesungguhnya bukan untuk Veca, melainkan untuk dirinya sendiri sembari menyakinkan semua ini benar-benar terjadi. Sevilla adalah salah satu kota di Spanyol, kota ini terletak didataran sungai Guadalquivir, yang merupakan kota tua terbesar ketiga di Eropa. Dan Universidad de Sevilla merupakan salah satu universitas di Sevilla yang menempati peringkat teratas. Dan Ogi merupakan salah satu orang terpilih untuk merasakan bagaimananyamannya belajar di universitas terknal itu. Hmm betapapintarnya anak itu dan betapa jauhya kota itu dari Indonesia, pikir Ara. 

“Don’t be afraid, Ra. He still waiting for you, trust me” ucap Veca. 

*** 

Tidak banyak yang terjadi setelah pembicaraan sore itu. Tidak banyak hal pula yang dilakukan Ara setelah kepindahannya Ogi. Hanya bangun – sekolah – les – makan – tidur. Atau terkadang ia menemani Veca latihan Cheers kalau Veca mengajaknya. Veca mengajak Ara menemaninya juga karena prihatin akan kondisi Ara sekarang, seperti bebek kehilangan induknya, pikir Veca. Sepenglihatannya, Ara seperti robot, yang kemana-mana sudah dikontrol dan ditetapkan untuk melakukan apa-apa saja, dan hal hal nya pun nomaden, bener-bener tubuh gak bernyawa deh pokoknya, kayak gak punya semangat hidup banget. Temen-temen sekelas aja prihatin banget ngeliatnya, walaupun Ara memang terbiasa diam dan penyendiri tetapi tetap saja terlihat perbedaannya. Ara sekarang kalau masuk ke kelas pagi hari, pasti dengan muka pucat, mata terlihat sedikit bengap dibalik bingkai hitamnya, rambut asal cepol, novel-novel tebal selalu ditenteng seolah-olah menandakan kalau ia takut kehabisan bacaan karena malas berinteraksi, tas ransel yang terlihat sedikit kumal karena sering dibawa tidur, dan semakin jarang berinteraksi dan benar-benar seperlunya saja kalau bicara, yap perlu sekali. 

Saat di tempat les 

“Ra lo kenapa deh, Ra?” tanya seorang teman les Ara, Kevin, yang kebetulan duduk disebelah Ara yang sedang bengong memandangi iPodnya. 

Ara yang ditanya hanya menoleh dan menggedikkan bahunya. Kevin yang bertanya menjadi semakin penasaran karena tak biasa Ara sependiam ini walau memang dia pendiam tapi ini sudah kelewat batas.

 “Pulang les ngopi yuk! Gue punya voucher buy 1 get one 1 free nih di Startbucks, lo mau gak?” tawar Kevin. 

“Hm boleh deh” jawab Ara. 

“Nah gitu dong haha, lo gak usah minta jemput supir lo, biar pake mobil gue aja nanti”

Sesampai mereka di tempat tujuan. Mereka masing-masing sudah memegang minuman milik mereka, Ara dengan Mocha Cookie Crumble Frappuccinonya dan Kevin dengan Caffe Vanilla Frappuccinonya, mereka duduk bersebrangan. Kevin bercerita panjang lebar untuk mengisi keheningan diantara mereka karena ia tahu bahwa Ara tidak akan bercerita apapun selain mendengarkannya dan sesekali menimpalinya, itu lah cara Kevin menghibur Ara. Sebenarnya bukan tanpa alasan Kevin mengajak Ara kesini, ia hanya ingin menghibur Ara dan melihat sedikit senyumnya hari ini. Tidak seperti orang lain yang bertanya penasaran mengapa Ara seperti ini, Kevin hanya menebak-nebak tanpa mampu bertanya langsung karena ia tau kalau Ara tidak akan menjawabnya, jadi tugasnya saat ini ia lah menghiburnya apapun masalah yang dihadapinya. 

Kevin Hardianto, adalah teman les Ara dan teman nongkrongnya Veca. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu putih, berkacamata, bibir tipis, dan senang sekali bermain game. Kevin termasuk cowok popular di sekolahnya tetapi anehnya dia baru punya 1 mantan, padahal cewek selalu mengelilinginya. Mantanya itu adek kelasnya semasa SMP, jadi bisa dihitung berapa tahun dia menjomblo. Kabar burung mengatakan, bahwa Kevin itu diam-diam suka sama Veca, tidak ada yang tau pasti, kecuali Ara. Ara mengetahui semua-muanya, karena Ara lah tempat Kevin bercerita berbagai macam kisah dalam hidupnya. Begitu pula Ara, Kevin adalah orang kedua setelah veca yang akan ia ceritakan mengenai hal apapun. Kevin adalah teman les sekaligus pendengar dan pendongeng yang baik. Ara tidak segan-segan memegang tangan Kevin, menggandengnya, bahkan merangkul bahunya, begitu pula dengan Kevin, tak segan-segan ia merayu Ara didepan teman-teman les nya dan merangkul serta memegang tangannya erat. Semua itu mereka lakukan karena sudah terbiasa akan keadaan mereka masing-masing. Ara lebih dulu mengenal Kevin dibandingkan dengan Veca, tetapi Kevin lebih tertarik dengan Veca, yap kabar burung itu memang benar. 

Kevin menyeruput kopinya, “ Gimana kabarnya Ogi? Udah lama gue gak denger ceritanya dari lo” 

“Entah lah, aku gatau” sambil menggedikkan bahunya 

“Kok? Haha kemaren-kemaren kayaknya deket banget lo berdua, sampe bbm gue ramenya cuma garagara lo cerita doang loh, Ra”

“Oh ya?” 

“Hmm. Kuliah dimana dia sekarang?” 

“Universidad de Sevilla” 

“Oh I see! Hmm tau deh nih gue ceritanya kalo begini hahaha Ara Ara, You’re unlucky girl, baby” 

“Yeah of course. You always know what I mean, Vin” 

“Haha hmm gini ya, Ra, gak selamanya kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan gak selamanya apa yang kita sudah dapatkan akan selalu bertahan disisi kita. Tuhan itu Maha Adil, Ra. Dia selalu memberikan kesempatan pada setiap makhluk-Nya, contohnya aja lo, lo dikasih kesempatan buat ngerasain rasa yang kata lo luar biasa itu, lo dikasih kesempatan buat kenal sama seorang Ogi, dan hmm gua rasa ini saatnya lo berada dibawah, saatnya kesabaran lo diuji” ujar Kevin dengan dilanjutkan meneguk kopinya. 

“Dia pergi kuliah pasti gak sebentar, Ra, dan lo ma uterus gini-gini aja? Hidup kayak robot? Lo gak bisa Ra, lo butuh suasana baru, lo pikiran baru yang fresh, lo gak boleh terlalu kalut akan kehilangan, toh gue yakin dia akan balik lagi kok, Ra, trust me!” lanjut Kevin. 

Kening Ara mengkerut. Ia heran karena jarang sekali Kevin memberinya nasehat tua seperti ini, biasanya ia akan menjadi pendengar setia dan pelayan debat setia, bukan penasehat tua seperti ini. Dan pada akhir pembicaraan Kevin, Ara pun tertawa, saking lepasnya, mukanya sampai merah, Kevin yang ditertawai hanya memasang muka innocentnya. Sore itupun berakhir dengan senyum diwajah Ara dan muka seumringah diwajah Kevin, puas karena sudah berhasil menghibur Ara. 

“Hai girlz. Hft terlalu banyak yang terjadi selama aku gak nulis di buku ini, terlalu mager juga buat nulis semua yang terjadi, hm terlalu berharga buat ditulis, tapi terlalu pait baut disimpen sendirian, hm gadeng gak sendirian, lebih tepatnya bareng Veca sama Kevin. Mereka berdua selalu nyuruh aku buat percaya omongan mereka, tapi sama aja kayak berharap, nanti kalau terlalu banyak berharap malah terlalu sakit. Ok. Sekian.” 

*** 

Bulan demi bulan terlewati, ujian demi ujian yang ditempuh kelas 12 juga sudah berlalu. Dua tahun pun berlalu, saat ini Veca melanjutkan kuliahnya disalah satu universitas diluar kota, Kevin mendapat beasiswa untuk kuliah di Inggris, sedangkan Ara sendiri kuliah disalah satu universitas ternama di kota ini. Banyak yang berubah dari hidup Ara. Kepindahan kedua sahabatnya dan kepindahan Rasya, kerja part time disalah satu kantor majalah, dan mengajar sekolah jalanan pada hari minggu dan hari libur lainnya. Seperti itu lah kehidupan Ara yang sekarang, tanpa orang-orang dekat disekitarnya, selain keluarganya tentunya. Hatinya masih sama seperti 2tahun yang lalu, Ogi masih selalu ada disetiap mimpi-mimpi malamnya, kenangan-kenangan itu masih tersimpan rapi di otaknya, rasa sakit itu pun masih membekas dihatinya. 

Bila berkunjung ke kafe outdoor, tempat biasa ia menghabiskan waktu bersama Veca ataupun Ogi, ia masih memesan menu yang sama, duduk ditempat yang sama, menikmati perubahan demi perubahan yang terjadi dari tempatnya itu. Tidak banyak teman yang ia ajak ke tempat ini, bahkan bila dihitung hanya satu orang teman yang terkadang ia ajak kesini, Vrio, adik laki-lakinya, hanya Vrio yang terkadang menemaninya, menemani tempat-tempat kosong disekitar Ara, menemani diamnya Ara dan menemani mencarikan inspirasi untuk buku ketiganya. Selain anak kuliah, pekerja kantoran yang part time dan guru amatiran, Ara adalah seorang penulis amatir yang sudah menerbitkan 2 buku dan buku ketiga sedang dalam proses. Ogi lah inspiringnya selama ini, dia yang selalu membuat Ara berpikir dan menemukan ide ide brilliant yang selalu dipuji-puji oleh bos kantornya. 

Seperti saat ini, ia sedang duduk di kafe outdoor dan tetap ditempat yang sama, dengan laptop dan secangkir Mocha Latte dan semangkok Macaroni Cheese, ia melanjutkan buku ketiganya dalam diam. Ketika ia sedang merefleksikan matanya mengitari ruangan sekitar, tiba-tiba matanya bertemu dengan sosok tinggi, berlesung pipi dikiri dan senyuman khasnya, mata mereka berdua bertubrukkan. Ara kaget menyadari itu, sedangkan pemilik mata yang lain hanya tersenyum simpul karena sebenarnya ia sudah menyadari kehadiran Ara sejak beberapa jam yang lalu. Kenapa orang itu bisa disini, ujar Ara dalam hati sembari memalingkan wajahnya menuju laptopnya kembali dan berusaha sebisa mungkin memfokuskan pikirannya pada laptop didepannya dan tak menghiraukan orang disebrang sana. 

 …