Kamis, 10 Desember 2015

Tulisan Abadi

Tulisan mengabadikan semuanya.
Tulisan membuat kenangan tetap hidup dalam waktu. Ia membuatmu tetap ada disana, tidak beranjak pergi.
Tulisan membekukan setiap moment yang ada agar tidak berlalu. Agar kita dapat merasakan kembali masa-masa itu.
Tulisan mengajarkan masa depan untuk tetap berjuang karena masa lalu yang ada. Mengajarkan kita agar terus bangkit dan tidak meratapi masa lalu.
Tulisan bagiku...
Membuatku bisa melihatmu (lagi). Membuatku bisa menyentuhmu (lagi). Membuatku bisamenjamahmu (lagi). Dan tulisan bisa membuatku bisa merasa memilikimu (lagi).
Iya, itu kenapa aku terus menulis.
Terima kasih telah mengizinkanku mengabadikanmu dalam tulisanku.
Terima kasih juga telah mengabadikanku dalam tulisanmu.



***
23.36 - 9 Desember 2015

Rabu, 09 Desember 2015

Perempuan Itu dan Lelakinya

Perempuan itu duduk di sudut ruangan. Menerawang jauh keluar jendela sambil sesekali menyesap kopi hitamnya yang sudah mulai mendingin. Hujan rintik diluar semakin memperkuat mendung yang diciptakan oleh mata dan raut wajahnya. Novel biru muda dihadapannya tidak tersentuh sejak ia mendudukan diri di kursi itu. Begitu pula nasib chocolate cake, cappucino, dan muffin yang ada dihadapannya. Sepertinya...

Lelaki itu tidak datang, lagi.

Spot yang perempuan itu tempati, biasanya ditempati oleh dua orang, perempuan itu dan lelakinya. Lelaki itu. Entah sudah berapa hari, eh, bahkan minggu? Atau bulan, ya? Lelaki itu tidak lagi datang bersama perempuan itu. Perempuan itu biasa datang tiga hari sekali, pukul 4 sore, dengan satu novel ditangan kiri dan tangan kanan menggenggam tangan lelaki itu. Biasanya... Tidak lagi untuk akhir-akhir ini. Tetapi, perempuan itu tetap setia datang dan menunggu hingga jarum jam menunjukkan pukul 7, yang biasanya, lelaki itu akan tersenyum dan merayu perempuan itu untuk pulang dan beristirahat karena hari esok telah menunggu.

Perempuan itu masih memesan pesanan yang sama dan sepertinya akan selalu sama. Satu kopi hitam dan chocolate cake untuknya, satu cappucino dan muffin untuk lelakinya. Walau ia tau lelakinya tidak akan datang. Atau mungkin tidak akan pernah datang lagi? Perempuan itu melipat tangan dan memejamkan mata. Setitik air turun dari pucuk matanya yang indah. Lagi-lagi, perempuan itu menangis disela doanya. Pilu. Satu kata yang bisa mendeskripsikan wajah dan suasana bila melihat perempuan itu. Tetapi, perempuan itu tidak menyerah. Sepertinya, memang tidak akan pernah menyerah untuk terus menunggu dan menunggu. Untuk terus berharap dan berharap. Untuk terus berdoa dan berdoa. Perempuan itu telah melakukannya dan perempuan itu membuktikan bahwa kesetiaan memang nyata. Perempuan itu akan terus duduk dan menunggu lelakinya datang dan menggenggam tangannya untuk kembali pulang. Dan pada akhir menjelang pukul 7, setelah usai dari doa singkatnya, perempuan itu selalu mengambil tisu dan menuliskan sebuah pesan yang ia selipkan diantara cangkir capucino yang telah dingin dengan meja. Dan pesan itu selalu berisi dan akan terus berisi:

Aku disini. Dan akan selalu disini. Cepatlah pulang dan genggam tanganku. Lagi.



***

23.21 –  7 Desember 2015

Selamat tanggal tujuh :’)