Rabu, 31 Desember 2014

Bulan Terakhir di 2014

Hari ini adalah hari terakhir di tahun 2014. Iya, aku tahu kok waktu memang berjalan sangat cepat. Aku bahkan masih ingat hari pertamaku di tahun 2014 adalah menghabiskan waktu seharian didepan laptop untuk menulis cerpen, resolusi pertamaku di tahun 2014. Dan... entah apa lagi yang aku lakukan di tahun 2014 ini. Yang jelas, ini adalah salah satu amazing years yang pernah ada.

Desember, bulan terakhir di tahun ini, adalah bulan yang sangat amaze. Dan here you go, membaca ceritaku tentang bulan terakhir ini HEHE.

Minggu pertama di bulan Desember, sekolahku masih ujian akhir semester dan ditambah test toeic untuk kelas 12. Setelah selesai, ada pekan remed yang berlangsung sekitar seminggu. Biasanya diteruskan dengan persiapan untuk Bulungan Cup, 'biasanya' :"), tetapi sangat disayangkan tahun ini sekolahku tidak bisa mengadakan acara yang sangat dibanggakan itu:(. Sumpah ini sedih loh. Dan karena tidak ada acara tersebut, kami, anak kelas 12, mengira sudah bebas, tetapi ternyata tidak. TIDAK. Iya, dicapslock banget. Kami, tiga angkatan, dikasih tugas essai yang.... Masyaallah:). Dibilangnya sih ini tugas untuk nilai sikap. OH oke ternyata sekarang sikap itu dinilai dari sebuah essai. Tidak tanggung-tanggung, setiap pelajaran punya tugas essai masing-masing yang deadlinenya berdekatan. Belum lagi, tugas membuat video untuk mata pelajaran tertentu. Tentu saja dengan deadline yang sama dekatnya. Dan sejak diluncurkannya tugas-tugas essai itu, timeline LINE isinya keluhan esaai semua. Iya, aku tahu kok hidup memang berat. Untung punya pacar yang bisa diandalkan HAHA. Enggak, aku enggak menyuruh dia bikin essaiku kok, tapi aku jadikan dia pelampiasanku dari rasa lelah itu. HEHE.

Diakhir minggu kedua, aku ontang-ontang kaki di rumah, menikmati hawa bebas yang akhirnya datang. Walau les-les masih jalan, tapi enggak seberat sebelum ujian semester. Dan di minggu kedua ini, alhamdulillah aku dapat banyak banget rezeki, mulai dari voucher gramedia, voucher kfc sampai voucher Blitz. Lumayan banget.

Minggu ketiga, aku punya banyak rencana. Ya namanya anak jaman sekarang, rencana sih banyak, tapi yang jalan cuma satu atau dua haha. Dan rencana minggu itu yang jalan cuma nonton Doraemon Stand By Me - yang ternyata tidak sesuai dengan ekspetasiku, jalan ceritanya sudah pernah aku baca di komiknya -, lalu jalan-jalan ke Dunia Fantasi dengan Icul, Echa, Syifa, dan Hilmi. Pada akhir minggunya, aku ikut Syifa pergi ke sebuah gathering di Universitas Indonesia.

Dan di awal minggu keempat, tepatnya Hari Senin, aku pergi ke Kudus, kampung halamanku, sendirian. Ini antara nekat dan memang kepingin. Kakek-nenekku yang notabenenya adalah seorang perfeksinonis. Sempat ada cekcok dengan papaku diawal-awal keberangkatanku mengenai jadwal kereta. Iya, jadwal kereta. Aku heran aja, yang mau pergi dan naik kereta siapa tetapi yang ribet siapa. Dan hiburan sekaligus penderitaanku pun dimulai. Banyak sekali hal-hal baru yang aku dapat dan bisa aku pelajari. Di hari pertama, aku dan Kiki bermain Playstation, awalnya aku hanya menyuruh dia untuk mengajak main Mbak Bunga - perempuan kecil dengan usia sekitar 5 tahun tetapi kami panggil Mbak karena dalam silsilah keluarga dia diatas kami - dan tiba-tiba saja dia datang dengan Playstation 2 yang ternyata akhirnya aku tahu kalau itu dia menyewa. Aku terharu HAHA ini serius, aku hampir nangis, karena dia tahu saja gimana caranya bikin anak kecil betah di rumah dan tidak merepotkan nenek. Oh for your information, Kiki itu laki-laki kelas 5 sd. Masih banyak lagi perlakuan Kiki yang membuat aku speechless dan berkata dalam dalam hati, gila gentel amat nih cowok, untung sodara dan masih kecil. Iya, itu beneran. Maafkan pikiran kecewekanku ini HAHA. Disalah satu sore, nenekku bercerita kalau bunga Wijaya Kusuma di halaman akan mekar tengah malam nanti. Oh waw aku excited banget dong. Aku bilang kalau aku ingin melihatnya tengah malam nanti. Dan Kiki, yang biasanya tidur paling malam itu pukul 10, malam itu dia ngotot menemani aku melihatnya. Alhasil kita begadang. Saat pukul 11, aku sudah tidak sabar, akhirnya aku mengajak Kiki keluar untuk melihatnya. Tetapi, kami keluarnya diem-diem, karena pasti nanti dimarahin kakek sama bapaknya Kiki. Begitu kita sampai di halaman, dan... WAH SUBHANAALLAH KEREN BANGET. Oke, ini agak lebay, tapi serius sekeren itu. Enggak menyesal deh begadang dan keluar diem-diem walau baliknya kami ketahuan gara-gara pintunya sussah ditutup jadi kita banting HEHEHE. Hari terakhir aku disana, aku diajak Kiki dan Mas Puja pergi ke kebun buah naga naik sepeda. Aku kira beneran deket, eh ternyata... :). Tapi kebayar kok, perjalanan selama ke kebun itu indah banget. Di desa yang masih tergolong sepi, pagi-pagi naik sepeda, udara sejuk, sebelah kanan sawah, sebelah kiri pemukiman, dan pemandangan didepan adalah gunung dari kejauhan - sampai sekarang aku enggak tahu itu gunung apa. That was beautiful day. Karena di hari itu juga, saudaraku yang sama-sama dari Jakarta, tanpa kami ketahui, datang kesana. Cucu-cucu nenekku hampir lengkap hari itu, hanya Gigih, adikku, yang tidak ada disitu. Dan esok harinya, aku bangun pukul 4 pagi untuk mengejar kereta api ke Jakarta yang berangkat pukul 8. Kudus itu kota kecil, tidak ada stasiun ataupun bandar udara. Jadi, aku harus ke Semarang dulu untuk pulang ke Jakarta dengan kereta api. Kudus - Semarang itu kayak Jakarta - Bandung, dekat sih tetapi siapa yang tahu macet atau tidaknya. Dan baru kali ini, aku benar-benar memperhatikan pemandangan diluar kereta dengan seksama. HAHA maaf lebay. Tapi beneran, keren banget. Apalagi begitu lepas stasiun Cirebon, pemandangan disebelah kanan diganti dengan pantai dan laut, lalu sebelah kiri ada bukit-bukit kecil. Ini keren banget. Coba kalau jendelanya bisa dibuka, pasti udaranya segar banget deh.

Di bulan Desember juga, aku pertama kali membaca novel sebanyak 8 buah dalam sebulan. Gila. Biasanya juga cuma 2-3 novel doang. Entah harus senang atau sedih. Di bulan Desember juga, aku menyadari kalau kehadiran orang-orang yang kita sayangi itu sangat berharga. Aku juga menyadari kalau kebersamaanku dengan orangtua dan adikku sangat kurang, dan aku berharap di 2015 ini akan lebih sering bersama. Bersama dalam arti menghabiskan waktu bersama-sama, tidak sibuk masing-masing seperti di rumah seperti biasa. Aku juga menyadari kalau cemburu berlebihan hanya akan mendatangkan pertengkaran bukan pengertian yang kita inginkan. Dan di bulan Desember ini, aku mulai belajar makan sayur. HEHEHE. Di bulan ini, aku juga belajar bahwa usaha tanpa doa itu hasilnya benar-benar nihil, kecantikan dan kepintaran tanpa kesopanan itu adalah keburukan paling besar, dan aku belajar bahwa tidak ada hadiah yang bisa kita dapatkan secara instan.

Dan sebagai penutup dari posting ini, aku mau bocorin sedikit bucket list ku di tahun 2015.
1. Khatam Al-Quran lagi.
2. Mendapat PTN dengan jurusan yang sesuai, melewati jalur apapun, entah itu SNMPTN, SBMPTN ataupun jalur ujian mandiri. Dan semoga PTN-nya sesuai dengan keiinginan Papa, yaitu Teknik Kimia Undip. Aku juga enggak tahu kenapa Papa pingin banget aku masuk disitu. Kalau boleh jujur, aku sendiri maunya Fisika UI.
3. Ada minimal 5 cerpen di blog ini. HAHA semoga yaa.
4. Online book shop nya sudah bisa jalan. Syukur-syukur kalau lancar.
5. Membelikan Mama tas jalan. Aku belum pernah membelikan sesuatu barang buat Mama hehe.

Iya, itu saja, sisanya rahasia pabrik huehehehe.
Jadi, terima kasih banyak atas kunjungannya selama 2014! Semoga 2015 menjadi tahun yang baik untuk aku dan kalian, ya! Aamiin.

Sabtu, 20 Desember 2014

She Will Be Loved; Point of View from A Boy.







Kamu tahu? Pelangi selalu lebih indah disaat yang tepat, yaitu setelah hujan, tetapi kamu, tidak perlu waktu yang tepat untuk terlihat lebih indah. Aku selalu suka dengan dirimu yang selalu tertawa renyah, dengan dirimu yang selalu mengeluarkan binar indah dari mata coklatmu, aku juga suka dengan dirimu yang selalu saja ceroboh, dengan dirimu yang selalu bermasalah dengan makhluk yang bernama laki-laki–untung tidak termasuk aku ya-, dengan dirimu yang selalu menangis karena para laki-laki itu telah mematahkan hatimu (selalu). Kamu selalu berkata bahwa semua laki-laki sama saja, tetapi apakah pada saat kamu berkata seperti itu, kamu tidak melihat aku? Atau lebih tepatnya, kamu tidak memikirkan aku? Aku disini. Aku ada didepanmu. Aku selalu ada disampingmu dan selalu siap untuk menolongmu, membantumu disetiap jatuhmu, menghiburmu disetiap tangismu, menggenggam tanganmu disetiap lemahmu. Walau kamu, selalu saja dimiliki oleh laki-laki disetiap belahan dunia, kecuali aku.








Terkadang, aku ingin pergi, kemanapun asal bukan kepadamu. Aku rela berkendara ribuan kilometer, jika itu akan membawaku jauh dari dirimu. Aku mau saja mengarungi lautan, jika itu syarat agar bisa melupakanmu. Aku bisa menelan bergelas-gelas wine, kalau memang itu satu-satunya cara mengenyahkanmu dari pikiranku. Apapun akan aku lakukan agar tidak kembali kepadamu. Tetapi, aku tidak bisa. Kemanapun aku pergi, sejauh apapun aku berkendara, sebanyak apapun aku minum wine, semuanya, akan selalu bermuara kepada dirimu. Tetap saja aku mendatangimu. Mengetuk rumahmu di pagi hari, melihatmu membukakan pintu dengan uapan kantuk dari mulutmu, lalu kamu menyuruhku duduk dan kamu bergegas mencuci muka, dan aku menyalakan tv sembari menunggumu. Rutinitas pagi kita yang sederhana. Bahkan masih banyak lagi rutinitas-rutinitas kita yang sangat aku syukuri karena faktanya, kamu lebih banyak menghabiskan waktumu dengan aku, daripada dengan para laki-lakimu itu. Walau terkadang, aku ingin lebih, seperti mereka. Mereka yang spesial bagimu, walau kamu selalu berkata dengan dagu angkuhmu itu bahwa aku spesial dan beruntung karena kamu selalu memilih dan menjadikan aku sebagai pemberhentianmu. Ya, aku hanya berharap arti ‘pemberhentian’-mu itu sama dengan arti ‘pemberhentian’ milikku.









Kamu selalu mengatakan bahwa kita akan selalu berteman seperti ini. Kamu tau apa yang ada dipikiranku? Rasanya aku ingin mengambil Kamus Besar Bahasa Indonesia dan menukar arti kata teman dengan arti kata pacar. Kamu mengajakku untuk naik ke pohon mangga di taman komplekmu. Kamu membawaku ke Pasar Senen untuk berburu buku tua. Kamu menyeretku ketengah-tengah hujan dan berputar-putar disana. Kamu selalu meminta kita bepergian dan bermain hal-hal konyol yang sangat bukan kamu dan bukan dirimu yang para laki-laki itu tau.

Tetapi, aku selalu suka, saat kamu bersamaku, karena pada saat itu, aku melihat dirimu yang benar-benar kamu. Dirimu yang aku tau, bukan yang para laki-laki itu tau. Aku selalu berkata kepadamu untuk menjadi diri sendiri kepada semua orang, tidak hanya kepadaku, tetapi kamu selalu membantah dengan perkataan bahwa menjadi diri sendiri akan muncul ketika kenyamananpun muncul, dan kamu berkata lagi bahwa kenyamanan muncul hanya kepada orang-orang yang pantas. Sampai saat ini, aku tidak mengerti arti kata ‘pantas’ seperti aku tidak mengerti akan arti kata ‘pemberhentian’ bagimu. Pada akhirnya, aku hanya bisa berdoa, bahwa suatu saat nanti, kamu pasti melihatku dan jatuh cinta kepadaku. 

Kamis, 11 Desember 2014

Pertanyaan-pertanyaan

Pernah gak sih, kamu, sekali saja, berpikir aku adalah ‘the one’nya kamu?

Pernah gak sih, kamu, sekali saja, berpikir aku adalah salah seorang yang istimewa?

Pernah gak sih, sebentar saja, ada aku didalam hati kamu?

Pernah gak sih, sebentar saja, ada aku yang berlarian didalam pikiranmu?

Pernah gak sih, sedetik saja, kamu merasakan aku sebagai salah seorang yang kamu inginkan?

Pernah gak sih, sedetik saja, namaku muncul ketika kamu merasa butuh seseorang?

Pernah gak sih, sedetik saja, namaku bertengger didalam hatimu?

Pernah gak sih, sekali saja, kamu merindukanku seperti aku merindukanmu so badly?

Pernah gak sih, sekali saja, kamu berusaha menyayangiku melebih teman biasa?

Pernah gak sih, walau hanya secuil, kamu berusaha memberi hatimu kepadaku?

Pernah gak sih, sebentar saja, terserah kamu mau sedetik atau lebih sebentar dari pada satuan detik, kamu mencintaiku?


Mungkin pertanyaan-pertanyaan sangat tidak penting ini tidak akan pernah terjawab. Tetapi, yang harus kamu ketahui, bahwa aku menunggu semua jawaban itu. Sampai kapanpun. Sekalipun hati dan pikiranku sudah bukan untukmu lagi.
Selamat sore!
I found the wrong thing; Kamu.
Tidak seharusnya Kamu berada disana.
Didalam pikiranku.


Senin, 24 November 2014

Si Pemilik Pipi Merona

Perempuan itu diam
Tersenyum diantara kerlap-kerlip lampu
Kilat mata menunjuk ramah
Pipi menggembung merah merona

Mungkin mereka tak merasakan kehadirannya
Mungkin mereka terlalu asyik dengan kebisingan yang dibuat
Mungkin mereka tak peduli keadaan sekitar
Atau mungkin mereka hanya berpura-pura?

Aku; disudut dinding
Mengamati semua yang terjadi
Diantara hiruk pikuk keramaian ruang malam
Diantara dentum lagu yang menderu

Apa yang kau pikirkan?
Mendekatlah, mari kita bersua
Dalam seteguk wine dan seribu kata
Menghabiskan waktu, melewati malam

Semoga kau suka
Kehangatan dan keakraban
Yang kutawarkan pada dirimu
Si pemilik pipi yang merona

Selasa, 11 November 2014

Mengingatnya?

Mungkinkah kau mengingatnya?
Pagi yang cerah diinaungi awan yang merekah
Biru laut bergradasi putih kapas
Indahnya langit dari setiap sudut dinding

Mungkinkah kau mengingatnya?
Semilir angin pantai menerpa wajah
Suara desiran ombak yang merdu
Dan matahari yang mulai terbenam di ufuk barat

Mungkinkah kau mengingatnya?
Istana pasir yang tampak seperti kokoh
Jejak-jejak kaki yang bermain nakal
Cipratan air laut yang pedih dimata

Mungkinkah kau mengingatnya?
Sentuhan lembut kulitmu
Lirikan nakal ekor matamu
Senyum tersunggingmu

Aku mengingatnya amat jelas
Sejelas terbukanya hatiku
Sejelas rekahan senyumku
Sejelas terbukanya tanganku
Menunggumu menyambutku

Sabtu, 08 November 2014

Aku Ingin Bercerita

Aku ingin bercerita
Kepada dedaunan yang melambai,
Burung yang berkicau,
Angin yang berhembus semilir

Aku ingin bercerita
Tentang indahnya,
Sejuknya,
Damainya,
Dan menawannya sore jingga

Aku ingin bercerita
Mungkin dinding-dinding yang dingin,
Semut-semut yang berlalulalang,
Dan batu-batu yang membisu
Mendengarkan ceritaku dengan lalu

Tetapi, tak apa
Aku tidak butuh didengar
Karena memang ceritaku begitu membosankan,
Begitu monoton,
Begitu klise,
Dan begitu tidak pentingnya

Kau ingin tau apa ceritaku?
Ah, kau pasti bisa menebaknya!
Matahari saja sampai tenggelam
Penyu juga sampai kembali ke lautan
Air sungai pun sampai keruh
Karena begitu bosan mendengarnya

Yaitu,
Cerita tentangmu
Tentang dirimu
Yang masih mengumpat
Di salah satu bilik hatiku
Entah kau yang masih betah
Atau hatiku yang tak bisa melepaskan

Aku ingin bercerita
Tentang dirimu
Yang tak pernah membuatku bosan bercerita

Sabtu, 11 Oktober 2014

Bahaya Telepon Genggam Bagi Otak

Studi terbaru menunjukkan, terlalu banyak berkutat dengan telepon genggam bisa merusak kapasitas otak
Mereka yang menghabiskan waktu di depan layar telepon genggamnya, berganti-ganti antara melihat aplikasi, situs, dan hal lain di telepon genggamnya cenderung punya lebih sedikit bagian abu-abu di bagian otak. Tepatnya di anterior cingulate cortex.

Kecenderungan yang sama namun tidak ditemukan pada mereka yang tidak hobi melakukan multi tasking dengan telepon genggamnya.
Studi tersebut, seperti dikutip dari Shape, Kamis (9/10), dilakukan di Inggris dan Singapura.
Bagian abu-abu merupakan sel otak. Semakin sedikit bagian abu-abu erat kaitannya dengan kelainan kognitif dan kemampuan mengontrol emosi, seperti depresi dan kecemasan berlebihan. Demikian ujar  Kep Kee Loh, peneliti dari Duke-NUS Graduate Medical School.
Studi lain mengatakan, melompat-lompat dari satu hal ke hal lain menurunkan aktivitas otak untuk mampu fokus. Karena bagian itu di otak membantu mengontrol emosi dan level stres hormon seperti kortisol, maka sangat mungkin upaya mengajarkan otak untuk berpindah-pindah secara cepat dari satu tugas ke tugas lain mungkin merusak kemampuan otak mengontrol emosi dan respons hormon untuk mengatasi emosi tersebut.

Kecanduan juga merupakan topik yang rumit. Batasan antara mana yang masih sehat dan sudah tidak sehat kadang sulit ditarik. Peneliti dari Baylor University dan Xavier University melihat kebiasaan perempuan dan laki-laki dengan telepon genggam mereka. Upaya tersebut untuk mencari tahu berapa banyak orang yang kecanduan.
Peneliti mendefinisikan kecenderungan itu sebagai keinginan yang tidak bisa ditolak untuk menghabiskan banyak waktu dengan teleponnya, meski itu mengganggu pekerjaan atau kehidupan sosial mereka. Juga membahayakan diri, seperti mengirim SMS sambil mengemudi.
Temuannya, perempuan cenderung lebih kecanduan dibanding laki-laki. Kenapa? Karena perempuan lebih terkoneksi secara sosial dibanding dengan laki-laki. Dan aplikasi yang berhubungan dengan jejaring sosial cenderung memicu perilaku yang membuat candu. Terutama, Pinterest, Instagram, dan aplikasi yang berhubungan dengan menulis cenderung berhubungan dengan angka kecanduan yang tinggi. 

Semakin banyak Anda menghabiskan waktu di depan layar, semakin banyak otak berupaya menarik informasi, tutur penelitian yang dilakukan Columbia University. Jika Anda tahu telepon genggam Anda bisa menemukan ulang tahun teman atau nama aktor yang dicari, kemampuan otak untuk mengingat hal-hal tersebut jadi menderita.
Mungkin ini bukan hal besar, tapi ketika berhubungan dengan menyelesaikan dilema besar, Google tidak bisa membantu dengan solusinya. Akibatnya, otak jadi kesulitan menemukan solusinya.
Berita buruk tentang telepon berlanjut, lampu yang terpancar dari telepon genggam bisa mengganggu ritme tidur otak. Sebagai hasilnya, menatap telepon yang terang sebelum tidur bisa membuat Anda tidur tidak nyenyak. Sibuk berganti-ganti posisi. 

Masalah yang berkaitan dengan otak ini sangat bergantung pada seberapa sering Anda berkutat di depan telepon genggam. Yang dibahas di sini adalah enam hingga delapam jam sehari, bahkan lebih.
Jika Anda tidak menikah dengan telepon genggam Anda, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Tapi, jika Anda gelisah saat berpisah dengan telepon atau Anda merasa harus mengecek telepon tiap lima menit, itu artinya Anda harus mulai mencoba mengurangi kebiasaan Anda yang terlalu lekat dengan telepon genggam.

u.msn.com

Senin, 06 Oktober 2014

Hidup

Hidup itu gak segampang lo bernapas. Bahkan, lo bernapas pun kadang masih batuk-batuk karena udara yang tercemar masuk ke saluran pernapasan lo.
Hidup itu gak segampang membalikkan telapak tangan. Bahkan, banyak orang-orang diluar sana yang gak punya telapak tangan. So, gimana dia mau membalikkan telapak tangannya?
Hidup itu gak segampang lo nulis personal message di recent update. Bahkan, sinyal pun masih bisa menghalangi lo buat nyampah di recent update.
Hidup itu gak semain-main lo di dufan. Bahkan, di dufan pun pasti ada arena bermain yang masih bikin jantung lo taktakdungces.

Hidup itu susah.
Kayak belajar bahasa inggris. Kayak belajar makan sayur. Kayak jalan diantara anjing walau tetep ada penjaganya. Kayak ngikutin mood-mood orang-orang air.

Kadang aku heran, kenapa orang-orang dengan gampangnya ngumbar masalah-masalahnya di recent update, di twitter, di facebook, dan sekarang yang lagi booming di askfm. Masalah itu kan milik kita pribadi. Oke itu mungkin hak dari masing-masing, tapi apa mereka gak pernah mikir kalau yang punya masalah hidup tuh gak cuma mereka? Apa mereka gak tau kalau gak semua orang nyaman sama keluhan atau umbaran masalah-masalah mereka itu?
Aku tipe orang yang akan menghargai apapun yang orang lain lakuin, yang gaakan protes karena itu hak mereka, yang gaakan ikut komentar kecuali kalau mereka sendiri yang meminta. Tapi, seriously, tiap orang punya titik jenuhnya masing-masing. Bahasa gampangnya sih gumoh. Kayak apa yaa... Kita sendiri aja udah muak banget sama masalah hidup yang kita hadapin, nah ini lagi ditambah ngebaca masalah orang-orang yang mengumbarnya. Sorry to say tapi aku sama sekali gak bermaksud buat nyindir atau apapun, aku hanya menyampaikan apa yang aku pikirkan dan apa yang ingin aku tuliskan.

Kalau mendengar cerita guru-guruku tentang masalah hidup, katanya, orang baru bener-bener merasakan masalah hidup itu kalau sudah berumah tangga. Oh shit, aku yang masih remaja gak jelas gini aja merasa kalau masalah hidupku udah bikin mau muntah banget, apa lagi orang tua ya? Gak habis pikir gimana rasanya. Aku aja ini rasanya mau ngilang banget dari bumi. Gils bumi telen aku beberapa tahun juga gapapa...

Aku merasa gak bisa apa-apa. Pasalnya, persaingan orang-orang diluar sana itu parah banget. Aku aja merasa tertekan sama persaingan di sekolahku, gimana di tempat lain yakan? Ini baru di sekolah sendiri yang nyaman banget... Belum lagi di tempat les yang anak-anaknya juga gak kalah dewa otaknya. Parah..
Dan... Aku merasa aku terlalu menyia-nyiakan waktu yang berhargaku buat main-main dan melakukan aktivitas yang dampak negatifnya lebih banyak daripada positifnya. Aku merasa gak bisa banggain orang tua yang harusnya bisa aku lakuin itu dari lulus sd. Tapi apa? Semuanya sia-sia aja. Waktu, tenaga, pikiran, terbuang sia-sia gitu aja sejak lulus sd. Enggak di smp, enggak di sma, semuanya aku lewatin dengan sia-sia gitu aja. Entah gangerti lagi aku ngapain aja selama 5 tahun ini... Dan ini tahun terakhirku dibangku sekolah. Bener-bener kebangetan kalau sampai gak menghasilkan sesuatu yang bisa ngebanggain mereka.
Coba dari dulu ya aku nurut sama mereka, ikutin apa yang mereka mau, pasti semuanya gak akan berakhir dengan penyesalan gak jelas kayak gini deh..

Hahahaha yep maaf banget ya aku jadi ikutan ngeluarin masalahku di socmed. So lol ya aku makan omongan sendiri. Tapi, gapapa deh, sekali lagi, ini kebebasan dan hak aku karena ini blogku HEHE.
Jadi guys... Sebenernya, aku juga sama kayak kalian, gak ngerti apa yang aku tulis HAHAHA. Yaa yang penting nulis deh haha lumayan lah setidaknya aku gak nyampah di recent update atau timeline kalian HEHEHE.

Minggu, 05 Oktober 2014

They are...

Aku punya temen, dia pinter dan tebakannya selalu pas karena banyak membaca dan belajar dari apapun dan darimana pun. Salah satunya itu zodiak. Dia banyak baca dan belajar tentang kepribadian orang lewat zodiak.Dia cita-citanya emang jadi psikolog sih ya. Tapi beneran deh, analisisnya tentang kepribadian orang itu pas banget gitu.Yea aku puji tuh, baik gak aku, Cha? HAHA.

Pisces. Kalau kata temenku, Pisces are big dreamers. Dan bagiku itu 100% benar! Sepemimpi itu HAHAHAHAHA mimpi mulu:( apalagi mimpiin yang gamungkin terjadi. YEA. I'm so prasmul. Iya, kayak kata orang-orang tentang Pisces yang sensitif. Dikit-dikit prasmul, dikit-dikit ngambek, dikit-dikit cemberut. YEA HAHA tapi lebih banyak dipendam:( cuma orang-orang yang deket sama Pisces aja yang tau dia lagi dalam 'mood' apa. Itu sih kata salah satu artikel yang pernah aku baca. Dan paling pas banget, katanya Pisces itu paling suka sama bengong. HAHAHA YES I'M. Tiada hari tanpa bengong. Tapi, sayang ya si cowok Cancer ku gasuka kalau aku bengong huf padahal bengong itu asyik! Emang doi suka gt dah y.

Ngomong-ngomong soal Cancer. Aku selalu dikelilingi orang-orang Air, terutama Cancer. Ada dua Cancer yang dekat dengan hidupku. Kalau dipikir-pikir, sifat mereka hampir sama. Nop, kadang malah sama. Sama-sama moody-an, sama-sama penyayang banget, sama-sama terselip kata pedas didalam bercandaannya, sama-sama perhatian bangetbanget, sama-sama sering bikin cewek disekitarnya melting gitu. Ahya, dan mereka pendengar yang baik walau katanya Pisces masih dinomor satu buat pendengar yang baik. Bedanya kedua Cancer ini, yang satu semangat 45 banget dalam hal pelajaran, semangat banget buat dapetin gelar dokternya, yaa pokoknya ambis gitu deh. Nah yang satu paling ogah kalau ngebahas pelajaran, berdebat soal pelajaran, tapi doi semangat 45 buat hal-hal yang berbau olahraga, salah satunya yaa bola. Semangat 45 banget deh kalau udah latihan bola dan macam-macamnya itu. Cancer yang satu, kalau ngasih motivasi itu bener-bener kayak dia mendorong kita sampai kita bener-bener termotivasi. Kalau Cancer yang satunya lagi, kalau ngasih motivasi itu dia kayak mengajak. Dia mengajak kita buat semangat lagi, buat dapetin hal itu bareng-bareng. Gitu deh. Dan kalau kata orang-orang yang ahu lebih soal zodiak, katanya Pisces dan Cancer itu perfect match. YEA hahaha amin..

Kadang aku mikir, gak lagi-lagi deh berhubungan sama orang-orang Air. Kayak apa ya, batin sendiri. HAHA maaf kadang memang aku terlalu lebay. Tapi, sejauh ini aku penasaran banget sama yang namanya Leo. Aku punya beberapa temen Leo yang mostly seru banget diajak gila-gilaan dan mereka orang paling woles. Yang bikin aku penasaran adalah seorang cowok Leo yang dari dulu aku kira dia Virgo HAHA. Tapi, setelah tau dikit-dikit soal zodiak, emang itu orang lebih cocok ke Leo sih ya. Kalau kata si calon psikolog Echa, Leo itu seru diajak melakukan apapun, mulai dari obrolan gaje, pajamas party, sampe hacep beneran. Mereka adaptable bgt dan dengan charm dan aura friendly-nya bisa bikin orang mendekat. Begitulah kata Echa. Dan OMG, aku setuju banget. Si Leo emang gitu.. Dan yap dia si tukang public centre. Dia suka ngelakuin hal-hal yang bikin dia jadi pusat perhatian. Dan ya gitu deh kenapa banyak yang suka sama Leo. Dia juga romantis dalam kecuekannya. YEA haha. Entah bener atau salah analisisku buat si Leo yang satu itu. Yang jelas, aku pun termasuk orang yang kepincut sama pesonanya dan dibuat penasaran sama doi. Mereka suka nge-joke, dari yang lucu banget sampai jayus yang minta ampun banget, tapi kenapa aku selalu ketawa walau itu super jayus... Ohno. Yang jelas, Leo selalu bisa bikin aku mengerutkan alis yang diikuti dengan menarik ujung bibir ke kiri dan ke kanan.

Dan sebenernya masih ada satu zodiak lagi yang mau aku ceritain. Virgo. Yep u know what I mean. Tapi, sekarang lagi gak mood lagi buat ngebahasnya. HAHA kalian ingatkan kalau aku seorang Pisces? HEHE. Aku cuma mau mengucapkan selamat! Selamat akhirnya punya pacar, Virgo! Serius deh aku ikut seneng begitu tau itu. By the way, zodiak pacarmu apa? *masih* HEHE. Bye.

Kamis, 25 September 2014

Hello Kelas 12

Sekarang udah bulan September. Yep! SEPTEMBER. Itu artinya dikit lagi Bulcup, dikit lagi Try Out, dikit lagi Ujian Sekolah, dikit lagi UN, dan dikit lagi kuliah. OH key. Aku merasa tua.

Halo para blogger yang kebetulan mampi diblogku! Yea.
Awalnya, aku kira kelas 12 bakalan jalan dengan sebegitu menyenangkannya karena yaa you know di sekolahku kelas 12 ialah 'sang penguasa'. Enggak, bukan penguasa yang bener-bener penguasa kayak yang ada dipikiran kalian. Penguasa disini maksudku itu hmm like lo bebas keseluruh penjuru sekolah yang saat kelas 10 dan 11 lo gabisa kunjungi, you know what i mean right? Yep. Aku kira kelas 12 gaakan semenakutkan yang orang-orang bilang. Dan ternyata semua yang aku kira itu salah YEU. Gadeng, gasalah sertus persen kok.

Kesibukanku di kelas 12 dimulai dengan kami yang mendirikan PMR 70 yang sempat vakum. 'Kami' disini itu aku, Echa, Lisa, Raka, Fiani, Zakky, Winona, Ulva, Hana, Candrika, Wina, Trisna, Zikra, Nisa, Aul, Ayu dan Sofi. Tuh lengkap. Kami yang terdiri dari kelas 11 dan 12 sangat sangat berinisiatif, enggak juga sih sebenernya kita juga masih disuruh sama Kak Meitha, ketua PMR dan ketua medis bulcup sebelumnya. Kalau bukan dia yang nawarin yaa mungkin kami gaakan mencoba buat mendirikan kembali PMR Yea. Dari mulai bikin proposal, ngurus demeks sampe kedatangan murid baru dan alumni angkatan 91. Semua terjadi dengan proses yang cukup bikin capek fisik dan hati. Yea.

Trus aku masuk di kelas XII Alam 7. Yha 7 lagi. HEHE. Sebelumnya juga Alam 7. Emang deh jodoh banget sama angka tujuh:'). Hari pertama masuk sekolah, aku sama Icul udah barengan mulu, sampe mencari kelas pun kami bersama HAHA. DAN dari sekian banyak anak XI Alam 7 di XII Alam 7, kenapa gaada nama Icul didaftar... Icul di kelas XII Alam 5 by the way, sama Nisfhu HUHU. Aku selalu takut setiap kali pergantian kelas. Not easy for me buat adaptasi sama lingkungan baru, walaupun itu kelas isinya sebagian besar udah ada yang aku kenal. Alhasil, setelah aku benar-benar pelajari daftar nama dijendela kelas, aku menemukan sebuah nama, Fianisa Tiara Pradani. Yep, Fiani, termasuk teman seperjuangan dari utas juga. Aku langsung cari dia dan ngajakin duduk bareng sesudah aku taruh tasku buat ngetag tempat duduk paling depan. Dan dari sini lah aku dan Fiani akan mengarungi masa-masa indah dan susahnya kelas 12 bersama. A6.

Aku gangerti lagi kenapa anak-anak kelasku isinya pinter-pinter semua... Dan yep, aku memang tidak pintar HUHU. Adaptasi sama ritme belajar di Alam 7 bikin aku ngos-ngosan diminggu-minggu awal, bikin aku muter otak gimana caranya biar aku gangerasa capek setiap sampai rumah. Alhamdulillah makin kesini makin bisa nyesuain walau belum sepenuhnya tertib sama tugas-tugas yang gangerti lagi kenapa guru-guru niat banget ngasih tugas segitu banyaknya. Aku ikut les di dua tempay. Niatnya sih cuma di GO doang, tapi begitu dihasut Icul, akhirnya aku ikut BTA70 yang di sekolah. GO di Sambas hari Jumat dan Sabtu, trus BTA70 nya hari Sabtu pagi di sekolah. Kenapa harus Jumat Sabtu? Karena kalau hari sekolah itu bakalan capek banget. Tepar banget deh. Pengalaman waktu aud. Mangkanya, sekarang gak lagi-lagi ngambil les hari sekolah. Gapapa deh ngorbanin Jumat dan Sabtu yang notabanenya adalah hari-hari bahagia. Demi PTN :'D

September. Yang berarti....
HAPPY ANNIVERSARY HANS! DUA TAHUN! YEA!
HAHAHAHA yap tepat 7 September kemarin, aku dan Hans genap dua tahun. Dan ini... bikin aku speechless. Bener-bener enggak senyangka itu sampai bisa dua tahun. Yaa yang jelas, I love you to the moon and back and back and back sampe capek. Yha;*


Dan di tanggal 15 September kemarin ada FTS (Festival Teater SLTA). Teater70 hadir dengan menampilkan "Ayu". Aku disitu jadi bagian backstage as always, dan dibagian properti sama my luv Echa. Mirip di Mimesasiso, kerjaan kita yaa nyariin properti sana-sini. Seru sih, walau harus kelimpungan nyari tempat buat taruh barang-barangnya. Pentas terakhir kami sebagai agit, yaa FTS ini. Malam Penganugerahan nanti tanggal 27 September dan semoga kami, teater70, membawa pulang setidaknya satu piala. Dan semoga masuk nominasi dibanyak kategori. Aamiin.

Jadi, gitu deh. Kelas 12, tahun terakhir di SMA. Gatau harus seneng atau sedih, yang jelas aku sangat sangat menikmati proses di kelas 12 ini.
Dan.. Jangan sia-siain waktu kalian di SMA dengan hal yang gak guna dan gitu-gitu aja! Aku bener-bener nyesel karena baru nyadar ini kelas 11 akhir. Dan ciptain prestasi sebanyak mungkin. Ini serius. Berguna banget. Sumpah deh.

Oiya satu lagi,
Jangan berputar di kegiatan dan masalah yang itu-itu aja! Keluar dari gua nyamanmu! :D

Kamis, 24 Juli 2014

The One That Got Away - Katy Perry (Cover by Tiffany Alvord & Chester See)















Aku. Suka. Bange. Lagu. Ini.
Dan ini versi coveran yang paling enak.

Kutipan Novel; Pillow Talk


Kami 'bersahabat' sejak kecil.
Tepatnya, kalau ada kata lain untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui 'sahabat', maka itulah kami.
Berbagi cerita, berbagi rahasia.
Bahkan, tanpa disadari, kami pun membagi cinta.
Tapi, apakah kau tahu, rasanya saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki?
Percayalah, ini lebih buruk dari sekedar patah hati.
Ini bukan kisah cinta yang ingin kau alami.

Yha.
Nyah.
HAHAHAHA. Guys. Ini buku. Nusuk abis ceritanya. Mau dikasih bocoran? Happy ending. Tapi, kalian harus baca "proses"-nya. Sip banget. Gangerti lagi kenapa si Christian Simamora selalu bikin cerita yang "proses"-nya pas banget. Gila geregetan abis bacanya. Parah.
Jadi, intinya yang aku suka, 'diam-diam memendam perasaan kepada sahabatnya'. 
Didalamnya ada quotes yang nusuk banget. Yhea lebay ceritanya.
"There she goes again. The girl I'm in love with, it's cool we're just friends."
Okay. Jadi, gitu. Sekian.

Rabu, 23 Juli 2014

Cerita Tentang Kamu

Hai, Kamu!
Apa kabar dirimu? Baikkah dirimu?
Apa kabar jiwamu? Masih samakah jiwamu?
Apa kabar senyummu? Tetap menawankah senyummu?
Apa kabar suaramu? Semakin beratkah suaramu?
Apa kabar tawamu? Masih lebarkah tawamu?
Apa kabar leluconmu? Semakin kriukkah leluconmu?
Apa kabar tatapanmu? Tetap tajamkah tatapanmu?
Apa kabar paru-parumu? Semakin tercemarkah paru-parumu?
Dan... Apa kabar hatimu? Masih tetap bekukah?
Kamu tau? Masih ada beribu apa kabar yang ingin kuucapkan.
Betul, ucapkan, bukan tanyakan. Karena aku terlalu takut untuk mendengar jawaban-jawaban yang akan keluar dari mu. Atau bahkan mungkin bisa tak terjawab? Entahlah.
Kamu tau? Aku masih menyimpan ketakutan-ketakutan yang sama. Ketakutan yang membuatku hanya sekedar menulis. Ketakutan yang membuatku tetap berdiam di tempatku berdiri. Ketakutan yang ternyata menjerumuskanku kepada sosok lain. Ketakutan yang ternyata malah membuatmu tau. Ketakutan yang sungguh tak ada gunanya.

Malam itu, Kamu, akhirnya datang. Setelah pertemuan terakhir kita dua tahun yang lalu.
Kamu masuk ke rumah teman kita dengan senyum dibibir. Senyum dua sentimetermu. Lalu bersalam-salaman ria kepada semua teman. Kepadaku. Aku. Kamu tersenyum. Senyum yang selalu ingin ku lihat. Senyum yang membuatku termangu sepersekian detik. Senyum yang selalu ku rindukan.

Aku dan Kamu duduk berseberangan. Meja bundar yang mengelilingi kita yang juga menjadi pembatas diantara  kita.
Kamu masih bertahan dengan senyummu. Dengan cerita hidupmu selama kita tak jumpa.
Aku, seperti yang lain, duduk manis mendengarkan dengan mengangguk-angguk diselingi tawa.
Masih seperti dulu, Kamu, selalu menjadi pusat perhatian. Dan benar-benar membuat semua orang beralih kepadamu. Zodiak Leo-mu sangat tercermin ya.

Kamu tau? Aku masih mengingat setiap detailnya hal-hal kecil dari mu. Ketika makanan dihidangkan, kamu mengambil sendok dan garpu dengan tangan kanan dan tisu makan dengan tangan kiri, kemudian siap mengelap sendok dan garpumu. Kamu menghirup kopi atau teh mu dengan tangan kiri dan tangan kanan tetap memegang sendok. Kamu akan menelungkupkan sendok dan garpu diatas piring dengan posisi arah jarum jam pukul 4, bila kamu telah selesai makan. Dan begitu pula malam itu, semua tingkahmu di meja makan berjalan sesuai yang ada pikiranku. Persis sekali.

Ketika semua teman sedang asik berkeliling rumah teman kita itu, kamu menghampiriku yang sedang berdiri, ikut tertawa mendengar lelucon salah satu dari teman kita. Kamu bertanya, "How's life?". Hei, how's life? Kamu serius bertanya seperti ini kepadaku? Tanyaku dalam hati begitu mendengar pertanyaanmu. Life is so flat and miserable if you want to know. Karena apa? Karena kamu tidak disini. Bersamaku. Tentu saja, itu aku katakan dalam hati. Aku hanya menjawab, "So far so good hehe". What? Hehe? Yup aku memang pembohong paling ulung di negeri ini.

Dan dari situ lah cerita diantara kita mengalir. Tentang kamu yang sedang fokus untuk mendapatkan ijasah sarjana akuntansi mu. Tentang aku dengan penelitian-penelitian di labolatorium milik perusahaan tempatku bekerja. Tentang adik perempuanmu yang sudah remaja. Tentang hidupku yang membosankan. Tentang kamu yang belum punya pacar. Dan tentang-tentang lainnya. Tapi, apakah kamu tau? Bahwa aku tidak peduli dengan apa yang aku ucapkan, yang aku pedulikan hanya ucapanmu. Semuanya terasa seperti kamu menghisapku. Menghisap perhatianku. Menghisap pikiranku.

Malam itu, aku berpikir, mungkin memang sudah saatnya aku beritau kamu tentang perasaanku, tapi bukankah kamu sudah tau? Ah ya, kamu memang sudah tau, tapi bukan dari aku karena aku tidak pernah punya nyali sebesar itu. Malam itu, aku berpikir, sudah hampir 8 tahun aku memendam perasaan ini. Hei, de-la-pan ta-hun. Iya, benar, sejak kelas 2 SMP. It's so impossible, right? Tidak. Aku bisa. Aku bisa memendam perasaan itu, selama itu. Bahkan bisa lebih lama dari ini. Malam itu, aku berpikir, untuk apa memendamnya lagi? Toh pada akhirnya aku memang akan melakukannya. Sekarang atau besok, jawabannya pasti tetap sama menakutkannya, bukan? Jadi, aku tekadkan malam itu untuk memberitahumu. Aku tidak tau dan tidak peduli apakah ada yang mendengar nantinya atau tidak, yang aku pedulikan hanya hubungan kita setelah malam itu, setelah aku mengungkapkan semuanya. Apakah akan tetap sama? Atau berbeda? Ku harap berbeda dalam arti yang menyenangkan.

Tapi, takdir berkata lain. Malam itu, ketika semua sudah bersiap ingin pulang, aku menghampirimu, mengajakmu bercanda dan kami tertawa sangat seru. Aku sangat menikmatinya dan ini mungkin akan menjadi pertanda baik. Tetapi, tiba-tiba dia, perempuan masa lalumu itu yang juga teman sepermainan kita, menghampiri kita yang sedang tertawa seru. Bukan, bukan menghampiri kita, tetapi menghampirimu. Karena ia langsung bertanya apakah kamu ingin pulang bersamanya yang sialnya kalian satu arah jalan pulang. Perempuan itu memang sempat menawariku sebelumnya, tetapi aku tolak karena aku membawa kendaraan sendiri. Dan yang membuat aku shock, kamu meng-iya-kannya. Oke, mungkin seharusnya aku tidak perlu shock karena kalian memang masih dekat seperti itu. Memang aku nya saja terlalu bodoh. Terlalu bodoh karena tidak bertindak lebih cepat. Terlalu bodoh karena tidak bisa berbuat apapun. Terlalu bodoh untuk terus bediam diri menunggu waktu yang tepat, padahal waktu yang tepat itu kita yang buat bukan tunggu. Terlalu bodoh untuk terus menunggumu. Terlalu bodoh karena jatuh terlalu dalam kepada mu.

Dan sepertinya, perjalanan memendam rasaku ini semakin panjang.

Minggu, 13 Juli 2014

Seperti Kopi

Kamu itu seperti kopi
Yang membuat kerja jantung lebih 'cepat' dari normalnya

Kamu itu sepeprti kopi
Yang membuat candu akan berbagai 'rasa'mu

Kamu itu seperti kopi
Yang selalu punya cerita disetiap 'rasa'mu

Kamu itu seperti kopi
Yang bisa mengganti sel-sel dikulit yang sudah 'mati' dengan yang 'baru'

Kamu itu seperti kopi
Yang selalu bisa menggugah berbagai macam 'mood'

Kamu itu seperti kopi
Yang bisa membuat siapapun 'menunggu' demi mengetahui bagaimana 'rasa'mu

 Kamu itu seperti kopi
Yang diam-diam 'mematikan'

Kamu itu seperti kopi
Yang ...
Yang ...
Yang ...
Yang selalu membuatku dapat melancarkan kertas kosong menjadi sebuah karya

Selasa, 17 Juni 2014

Jumpa Lagi

Aku bertemu lagi denganmu
Kali ini sama,
Tak ada yang spesial
Aku pun tak berharap untuk itu

Tak butuh waktu sepuluh menit
Untuk kita bertukar sapa
Dan langsung ke inti tujuan
Kemudian selesai dan kamu pulang

Tak ada celahkah untuk kita?
Maksudku, untuk kita bertukar lelucon
Bertukar cerita
Seperti yang kita lakukan dulu

Aku memang sudah tidak berharap
Untuk pertemuan yang lebih spesial
Tapi, bolehkah aku bertanya,
Pernahkah kamu berharap sebuah pertemuan spesial denganku?

Senin, 16 Juni 2014

Tentangmu

Kamu tau darimana datangnya bulan?
Kamu tau darimana datangnya pohon?
Kamu tau darimana datangnya telur?
Dan kamu tau darimana datangnya perasaan?

Pernahkah kamu berpikir,
Sebenarnya, apa itu perasaan?
Apakah sesuatu yang kata orang ada di hati?
Apakah hanya sesuatu yang berasal dari pengaruh otak?

Mungkin kamu disana, hanya mengerutkan kening
Mulai berpikir, mulai berpikir apakah perasaan itu sebenarnya
Mungkinkah sesuatu yang nyata
Ataukah sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan sesuai logika

Mungkin kamu disana, tidak peduli
Tidak peduli dengan kepedulianmu
Dengan apa yang sebenarnya kamu pedulikan
Atau bahkan dengan apa yang kamu sadari?

Ini bukan kisahku, sungguh
Ini kisah alam mimpiku
Alam mimpi yang selalu bermimpi
Dan berpikir

Tentangmu.

Jumat, 13 Juni 2014

Jumpa

Rasanya itu...
Kayak lo dibawa lari sama kuda gila.
Kayak lo dikejar-kejar banteng gila.
Kayak lo naik ke punggung gajah gila.
Kayak lo menerjang ombak gila.
Semua-mua serba gila.
Rollercoaster? Kecil.
Histeria? Lewat.
Tornado? Apalagi.
Kebayang rasanya?
Kelenjar adrenal bahkan kehabisan hormon adrenalin untuk diproduksi.
Jantung juga bukan lagi berdetak kencang,
Tapi, berhenti.
Berhenti pada,
Malam, dingin, dan jarak.
Berhenti pada,
Tatapan, senyum, dan tawa.
Tapi sayang,
Waktu tak bisa kompromi.
Setelah lelucon selesai,
Selesai pula jumpa malam ini.
Penutup yang indah untuk malam yang sunyi.

Rabu, 11 Juni 2014

Antoni Gaudi

Antoni Gaudi


Antoni Gaudi adalah arsitek Catalunya dari Reus, Spanyol yang menjadi tokoh utama Modernisme Catalunya. Karya-karya Gaudi mencerminkan gayanya yang individualis dan tidak biasa. Kebanyakan diantaranya terdapat di Barcelona, termasuk Templo Expiatorio de la Sagrada Familia (sebuah gereja Katolik Roma raksasa).

Banyak karya Gaudi yang mencerminkan kegemarannya dalam hidup; arsitektur, alam, dan agama. Gaudi selalu memperhatikan setiap detail karyanya, mulai dari keramik yang digunakan, kaca berwarna, penempaan besi, hingga pahatan kayu.

Gaudi terinspirasi oleh seni oriental melalui studi para teoriwan arsitektur historis seperti Walker Peter, John Ruskin, dan William Morris. Pengaruh ini dapat dilihat pada karya-karyanya di Capricho, Istana Guell, Pavilliun Guell, dan Casa Vicens. Selanjutnya, ia menganut aliran neo-Gothik yang sedang populer pada kala itu, mengikuti ide arsitek Prancis Viollet-le-Duc. Pengaruh ini terlihat di Colegi de les Teresianes, Istana Episkopal di Astorga, Casa Botines, dan rumah Bellesguard. Terakhir, Gaudi mempelajari jalan yang lebih personal melalui gaya organik yang terinspirasi oleh alam yang kelak menjadi dasar karya-karya besarnya.

Antara 1984 dan 2005, tujuh karyanya dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Keyakinan Katolik Roma yang dianut Gaudi lama kelamaan menjadi sangat dalam dan citra religius pun tercermin di karya-karyanya. Hal ini membuatnya dijuluki "Arsitek Tuhan" dan banyak pihak menginginkan agar Gaudi dibeatifikasi.


Istana Guell


Casa Vicens


Colegi de les Teresianes


Salamander di Park Guell telah menjadi simbol karya Gaudi

Rabu, 28 Mei 2014

Benih

Ini bukan soal aku dan kamu
Bukan soal rasa
Bukan juga soal hati
Bahkan bukan soal cinta

Ini sebuah benih
Sekuncup benih
Sebercak benih
Setitik benih

Aku pernah bertanya,
Dari mana datangnya benih?
Mengapa ia bisa mekar?
Mengapa pula ia bisa mati?

Lalu, aku berpikir
Benih itu ada karena diinginkan
Karena benih itu dibutuhkan
Karena benih itu diharapkan

Tapi,
Benih bisa datang tiba-tiba
Karena tiupan angin
Karena terbawa arus kehidupan
Karena terhanyut jaman

Benih itu,
Kecil? Pasti
Bening? Tidak selalu
Membawa kebaikan? Tak juga

Aku bisa melihat benih
Tapi aku tak mampu
Aku bisa merasakan benih
Tapi tak pula denganmu

Benih itu tak kasat mata
Tapi mengapa kau tak melihat?
Benih itu terasa menusuk
Tapi mengapa kau tak merasakannya pula?

Benih itu terlihat mengkilap
Tapi terlihat kelabu
Benih itu membuat candu
Tapi membuat hancur

Sekali lagi,
Ini bukan soal cinta
Tapi soal benih didalamnya

Benih yang membuatnya tertipu
Benih yang membuatku berapi
Benih yang ia dan aku tau
Yang tak sama arti dan rasanya

Jumat, 16 Mei 2014

Sebuah Rencana

Ku dapati diri makin tersesat
Saat kita bersama
Desah nafas yang tak bisa teruskan
Persahabatan berubah jadi cinta
Sahabat Jadi CInta - Zigas

Dret dret

1 Messages  

Arkan: Flo, mau bareng gak? Cepetan turun! Gue udah dibawah nih.
Flo: Iya, 5 menit lagi.
Arkan: 10 menit lagi lo gak turun, gue tinggal.

"Bawel deh tuh anak. Apa ya yang kurang? Dasi udah, gesper udah, kaos kaki putih udah, topi juga udah di tas. Apa lagi ya?" Flo merapikan dirinya didepan cermin.

Hari ini adalah hari besar. Hari semua anak kelas 3 SMP mengetahui nilai nem mereka. Hari ini adalah hari pengumuman. Hari dimana menentukan mati-hidupnya Flo. Oke lebay. Tapi, kayaknya emang hari pengumuman itu jadi salah satu hari paling besar dan seram dihidup para siswa di Indonesia, khususnya siswa 3 SMP pada pagi ini.

"Ma, Pa, Flo berangkat yaa! Doain nilainya bagus yaa! Dah Papa, Mama!" ucap Flo seraya mencium tangan orangtuanya, meminta doa.

"Bocah, lama bener kayak putri solo! Cepetan naik, telat ntar kita" cerocos Arkan begitu Flo muncul didepan mukanya. Sebenarnya, Arkan lebay. Mereka gak akan telat sekalipun berangkatnya 10 menit lagi. Jelas lah, jam masih menunjukan pukul 05.50 sedangkan upacara pengumuman baru dimulai pukul 07.00.
Hari Senin ini adalah hari penting bagi mereka, karena itu mereka gak mua telat dihari bersejarah ini.

***

"Alhamdulillah Flo! Kita lulus! Yeaah!" teriak Caca begitu melihat amplop ditangannya.

"Iyaa Caaa! Alhamdulillah!" Flo sambil memeluk Caca dan masih berjingkrak-jingkrakan ditengah-tengah lapangan, begitu juga siswa-siswi yang lainnya.

"Tapi tapi, lo emang gila ya, Flo! Nem lo gede banget wow! Pasti dapet "The Number One" lagi deh." ucap Caca sambil mengguncang-guncangkan pundak Flo. "Gue aja cuma 36.10 Flo... Masuk mana ya? Bisa satu sekolah lagi gak ya sama lo..." dengan nada gambang dan wajah yang tersirat sekali kalau si cantik ini sedih.

"Ca, kamu tuh kenapa sih? Itu bagus tau, bersyukur dong" sikut Flo sambil menyunggingkan senyum miring. "Lagian kalau soal sekolah, kita bisa atur kok biar kita satu sekolah hehe" Flo mengedipkan mata lalu berjalan kembali kebarisan kelasnya.

"Baik anak-anak, harap tenang. Sekarang bapak akan mengumumkan peringkat 5 besar sesuai dengan nilai kelulusan." Kepala sekolah berdiri didepan podium sambil membuka amplop yang ada ditangannya. para siswa seketika hening. Benar-benar memperhatikan kearah kepala sekolah dengan mata penasaran, bahkan ada yang terlihat menunduk dan berdoa.

"Saya akan bacakan dari nomer 5. Peringkat lima, Rafika Nanditya dengan nilai kelulusan 38.50. Dan peringkat keempat, Frenindito Aryo Putra dengan nilai kelulusan 38.75. Harap siswa yang disebutkan naik keatas podium kanan." begitu ucap Kepala Sekolah dan disertai teriakan-teriakan gembira dari para siswa dan tepuk tangan dari para guru.

"Bapak lanjutkan, harap tenang" dan langsung tenang dengan satu kalimat. "Peringkat ketiga. Tolong harap tenang" dengan kening berkerut ,Bapak Kepala Sekolah begitu melihat peringkat berikutnya. "Peringkat ketiga, Flovanda Shafira dengan nila 39.00" dan diikuti wajah-wajah heran dari teman-teman Flo. Flo sendiripun sudah mengira kalau dirinya pasti gak akan lagi dapat peringkat satu. Caca menoleh heran kearah Flo yang sedang berjalan ke depan podium sambil tersenyum seperti biasa diiringi dengan suara rendah riuh disana-sini.

"Ya tolong tenang semuanya. Selanjutnya, peringkat kedua adalah Arifdah Amalia dengan nilai kelulusan 39.25. Dan yang kita tunggu, peringkat pertama. Ramadhani Arkan Gaudi dengan nilai kelulusan 39.50. Beri tepuk tangan kepada para juara kita! Selanjutnya bapak serahkan kepada pembawa acara." setelah membacakan pengumuman, Bapak Kepala Sekolah turun dari podium dan mengikuti arahan dari pembawa acara. Teman-teman di lapangan bertepuk tangan.

Flo masih dengan senyum yang sama saat kembali kebarisannya. Begitu ia melihat kearah Caca, Caca juga sedang melihat kearahnya sambil tersenyum dan mengacungkan jempol walau matanya penuh pertanyaan. Dan Flo menjawab dengan mengangkat bahu. Kemudian Flo melihat kearah barisan Arkan, yang juga ternyata akan sedang melihat kearah Flo lalu tersenyum begitu Flo menatap balik kematanya.  

Makasih, ucap Arkan dengan menggerakan mulutnya tanpa mengeluarkan suara tapi Flo bisa menangkap satu kata itu. Dan bisa dengan cepat membuat Flo mematung.

***
 <<<

"Yul yul, ada Flo gak didalem?" tanya Arkan kepada Yuli, temen sekelas Flo. Arkan juga sempat menengok kedalam kelas tapi gak kelihatan ada tanda-tanda Flo.

"Tadi sih keluar tapi gak tau deh kemana, kenapa emang? Tumben lo kesini." jawab Yuli yang sedikit penasaran karena Arkan datang tiba-tiba setelah lama gak kelihatan bareng lagi sama Flo.

"Loh dari dulu bukannya gue sering ya nyamper Flo?"

"Iya, tapi itu dulu, akhir-akhir sih udah gapernah." sahut Yuli yang makin penasaran. Dilihatnya lawan bicaranya diam dengan pandangan kebawah. "Eh sorry sorry, Kan, bukannya gue bermaksud duh." lanjut Yuli dengan tampang yang salah tingkah.

"Iya iya gak papa Yul, gue balik deh ya, bilang ke dia kalau gue nyariin, oke? Thanks." ucap Arkan sambil tersenyum dan melenggang pergi sebelum ditanya-tanyain lagi.

Flo sama Arkan, setelah kelas 9 semester dua, sudah jarang banget kelihatan jalan bareng. Tepatnya sejak gosip itu beredar. Ya, gosip Flo suka sama Arkan. Gosip itu bikin Arkan marah dan menjauh dari Flo. Dan hampir semua satu angkatan tau tentang itu. Flo dan Arkan jadi jauh. Banyak yang sedih tapi banyak juga yang seneng. Dengan kata lain, cewek-cewek dari yang borju sampe yang kutu buku punya kesempatan ngedeketin Arkan dengan leluasa. Padahal siapa juga yang ngelarang tuh cewek-cewek genit ngedeketin Arkan, itu kata Flo ke Caca beberapa hari yang lalu. Dan yang paling bikin Arkan marah yaa karena gosip itu benar, Flo mengakui itu ke beberapa temannya dan langsung dengan cepat sampai ke telinga Arkan. Jadi besar lah marahnya Arkan.

"Floo! Tadi Arkan nyariin lo kesini nyariin lo." seru Yuli begitu Flo masuk ke kelasnya, dengan suara yang tidak kalah besar sama toa Masjid. Otomatis buat semua anak yang ada di kelas menoleh kearah Flo.

"Oh ya? Kenapa katanya?" dengan mempertahankan ekspresinya sedatar mungkin.

"Gak tau, gue cuma disuruh bilang kalau dia nyariin lo."

"Oh gitu, oke, thank yaa Yul." Masih tetap dengan senyum seperti biasa dan berjalan ke mejanya dengan ekspresi datarnya.

Sesampainya Flo di rumah, langsung mengambil handuk dan peralatan mandinya menuju kamar mandi di kamar mama, karena cuma kamar mandi di kamar mama aja yang ada bathup nya.
Selesai mandi, Flo mengambil posisi santainya, dengan kopi, roti selai kacang, playlist di iPod, novel Sherlock Holmes, dan kursi santai di balkonnya yang menghadap ke taman belakang. Benar-benar sore yang prefect disela-sela waktu menjelang Ujian Nasional.

Tok tok tok

"Flo, Flo, ada temennya tuh dibawah Flo" teriak Kak Fredi, salah satu kakak cowok Flo.

"Iya iya, Kak, sebentar lagi aku turun" jawab Flo. Siapa sih yang ganggu sore indah ini, dumel Flo dalam hati.

Flo dengan kadarnya - kaos oblong biru dongker dan celana lima centi atas lutut yang udah kumel - turun ke ruang tamu, tapi ternyata orangnya gak ada disitu. Begitu Flo tanya Kak Fredi, katanya disuruh keluar gerbang. Dan begitu Flo keluar gerbang, dia lihat motor hitam yang udah gak asing lagi. Plus yang punya lagi ngerokok di joknya.

"Eh, Arkan, tumben, ada apa?" tanya Flo dengan muka penasran yang gak bisa disembunyiin.

"Eh, Flo, sorry sorry bentar" Arkan mematikan rokok dan membuangnya, padahal itu masih ada setengah. Dan Flo tau persis kalau Arkan anti mematikan rokok yang belum habis. Tapi, lain urusannya kalau dia lagi sama Flo.

"Flo, naik sini, kita ngobrol diluar aja, gak enak ngobrol disini." Arkan menepuk-nepuk jok belakang seraya mengajak Flo naik ke motornya.

"Hah? Mau kemana? Aku pakai kayak gini gak apa-apa?"

"Gak apa-apa, deket kok, kedai depan komplek lo aja." Arkan menyalakan motor dan langsung Flo naik keatas motor dengan kaku. Ya sekali lagi, kaku. Setelah setengah tahun lebih, baru kali ini dia naik motor kesayangan pemiliknya ini.

"Mas, Frappucino satu sama Chocolate Macchiato satu ya." ujar Arkan dengan hafalnya lalu mengambil tempat duduk dipaling pojok dekat jendela.

"Masih hafal yaa haha. By the way ada apa?" Flo membuka pembicaraan begitu dia sadar kalau dari tadi mereka cuma diem-dieman kayak abege-abege pedekate.

"Gue ganggu ya pasti? Sorry nih sebelumnya, tapi ini penting banget buat masa depan gue, Flo." ucap Arkan dengan tampang serius dan mata menatap persis ke manik mata Flo. Bikin yang ditatap jadi nervous setengah mati. Dan yang ditanya hanya mengangkat alis tanda si lawan bicaranya harus terus melanjutkan pembicaraannya.

"Gue mau minta tolong lo nih, Flo. Tolong bangettt ajarin gue, Flo. Gue mau belajar tapi susah banget deh rasanya. Pasti setiap gue mau belajar ada aja halangannya. Entah temen ngajak jalan lah, ibu gue gapercaya gue beneran belajar jadi doi marah-marah mulu lah alhasil karena gue pusing yaa gue main aja keluar rumah. Pokoknya gue selalu gak jadi belajar Flo. Duh." cerocos Arkan panjang lebar, tanpa henti dan jeda, benar-benar diri seorang Arkan kalau lagi kesusahan dan panik.

"Err tenang-tenang, Kan, minum dulu tuh minum." Flo menjawab sambil mengambil Frappucino nya. Padahal Arkan yang ngomong panjangn tapi kenapa malah Flo yang ngerasa haus, itu yang dirasakan Flo. Dia haus. Haus banget.

"Gimana bisa tenang? Ujian Nasional 1 bulan lagi dan gue belum belajar apa-apa. Sip ganteng banget deh gue." lanjut Arkan sambil mengacak-acak rambutnya. Kelihatan bener-bener stress. "Lo mau ajarin gue kan Flo? Belajar bareng gue, please?" muka Arkan kembali memelas.

"Hahahaha anjrit Kan! Hahaha muka lo woy paraaah! Hahaha iyaiya aku mau" begitu tawanya berhenti.

"Yes! Thankyou banget Flo! Ah lo debes deh!" Kali ini Arkan memperlihatkan cengiran khasnya dan mengacungkan kedua jempolnya. "Jadi kita bisa mulai kapan nih? Besok?" tanya Arkan dengan semangatnya.

"Terserah lo, kapanpun asal jangan Selasa-Rabu-Kamis, hehe"

"Woelaah yaa trus kapan dong neng? Duh makin dikit aja hari gue belajar" timpal Arkan dengan nada yang kesal. Dan kali ini dia tambah terlihat bener-bener stress. Tapi, tetep cool.

"Selasa-Rabu-Kamis aku bisanya diatas jam 7. Jam segitu aja biasanya baru sampai rumah, abis les, belum mandi, makan dan segala macemnya. Kalau selain itu bebas deh terserah lo" jawab Flo sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Yaudah gini aja, Senin-Jumat mulai jam 7, kalau Sabtu-Minggu mulai jam 3, gimana? Hehe privat abis nih gue sama lo." Dengan seenaknya ngatur waktu orang. Tapi, Flo bisa apa? Dia malah ngangguk setuju. Padahal seumur hidupnya, Flo paling kesel sama orang yang suka bikin schedule sama dia seenak jidat, kayak Arkan gini deh contohnya.

"Yes! Thankyou sangat banget nih Flo! Tiap hari gue bawain lo es krim deh hehe. Suwer!" Dengan jari membentuk huruf V dan muka yang dibikin jahil. Persis kayak mereka dulu. Di Kedai Coklat,  bangku pojok dekat jendela, bersama Frappucino kesukaan Flo dan Chocolate Macchiato kegemaran Arkan, mereka kembali lagi tertawa seperti dulu. Dan suasana udah gak se-awk beberapa menit yang lalu.

Yang ku tahu kau selalu sejukkan hatiku
Yang ku tahu kau selalu ada disaatku membutuhkanmu
Kau selalu ada
Disaat ku rapuh
Aku Percaya Kamu - D'Massiv

***

H-2 Ujian Nasional ...

"Aduh, Flo, gimana nih? Panik banget gue!" keluh Arkan yang gak berhenti-berhenti ngedumel dari tadi pagi. Flo dan Arkan lagi di balkon kamar Flo, mereka abis me-review ulang pelajaran bahasa indonesia yang udah mereka pelajarin.

"Renang yuk? Nyuci otak biar gak kepanasan haha. Otak kamu udah beruap tuh om." ucap Flo sambil nahan ketawa ngeliat ekspresi wajah Arkan.

"Duh nanti ah, ini gue masih belum yakin, Flo. Takut banget deh gue. Gila baru seuumur hidup nih gue bener-bener mikirin nilai gue." Sambil berdiri dan ngulet.

"Udah deh kamu tuh udah mantep tau, buat ukuran yang sistem kebut haha."

"Tetep aja gue gak pede banget."

"Oke, gimana kalau kita taruhan?" tantang Flo dengan gaya sok premannya. Dia punya satu ide, tantang Arkan, biar dia pede dan makin bersemangat. Itu. Flo tau taktik itu. Selalu tau.

"Wes hahaha tau aja lo yang bikin gue beradrenalin hahaha." Arkan dengan gaya yang ikut-ikutan sok preman, kedua tangan dilipat didepan dada. "Boleh, apa tantangannya?"

"Siapa yang kalah nilainya, harus traktir apapun yang diminta, gimana?" tantang Flo dengan mantep.

"Dih males banget. Jangan itu ah, gak menantang. Hmm...." Tangan kanannya didagu, kayak orang lagi mikir, dan pasti lagi mikirin yang jahil deh nih anak, ucap Flo dalam hati.

"Yang kalah nilainya, harus ngikutin apa yang dimauin sama yang menang, tapi tetep dalam hal positif kok. Gimana?" Alis sebelah kirinya terangkat, mukanya makin muka jahil, dan pasti siapapun fansnya dia pasti langsung klepek-klepek lihat pemandangan ini.

Ragu-ragu Flo menjawab, "Oke setuju!" Dan sah lah taruhan mereka ini. Dengan senyum yang merekah dikedua insan ini. Dalam hati mereka sama-sama berbunga. Bunga yang seharusnya mereka sadari sejak lama. Bunga yang masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Bunga yang dipaksa diredam oleh keduanya.

***
>>>

"Woy, Flo! Bengong aja lo! Kesambet ntar." Sikut Bobby yang baris disampingnya. "Udah dapet peringkat 3 jugaan, masih aja bengong haha, gak apa-apa sekali-sekali gak dapet 1 mulu." ledek Bobby yang seolah-olah bisa membaca pikiran Flo.

"Hahaha apasih By. Iya, bersyukur banget ini udah lebih dari target malah. Mau nerusin kemana?"

"Gue udah diterima di SMA Indonesia 1 nih hehehe, Flo?" jawab Bobby sambil membusungkan dada. Siapa yang gak bangga keterima di SMA paling ngetop dan unggul di Indonesia?

"Waahh keren abiss! Hmm mau coba daftar SMA Jakarta 1 hehe, disitu jalur keluar negerinya kan banyak hehe." balas Flo sambil meninju lengan kirinya Bobby.

"Semoga diterima yaa! By the way, Caca mau nerusin kemana tuh? Nem dia berapa, Flo?"

"Pengen coba daftar bareng aku, 36.10, yaa semoga aja nilai tes nya tinggi jadi bisa keterima ya. Kenapa, By? Masih naksir nih?" Kali ini ganti Flo yang meledek Bobby dengan menyikutnya berkali-kali. Dan yang disikut cuma cengar-cengir dan gak berusaha ngelak sampai upacara pun berakhir dan anak-anak kembali mengobrol dan teriak sana-sini.

"Aku duluan yaa, By! Sampai ketemu di prom! Hehe" Flo mengajak untuk tos.

"Oke! Salam buat Caca yaa hehehehe." balas Bobby dan diikuti tawa keduanya.

"Floo, Cacaa!" Teriak Arkan dari jauh sambil merentangkan tangannya. Dan yang dipanggil nyengir dan menghambur kepelukan Arkan.

"Kita lulus, yess!" Teriak Caca dan diikuti jingkrak-jingkrakan di lapangan dengan posisi yang masih didalam pelukan Arkan.

"Gila, Kan! Lo makan apaan nilai bisa melejit gitu? Pake pelet lo ya?" Tanya heran Caca begitu mereka selesai berpelukan. Flo hanya tertawa-tawa dan dibalas senyum sumringah di wajah Arkan.

"Gue diajarin Si Master lah, siapa lagi yegak" Arkan merangkul Flo sambil mengangkat kedua alisnya tanda ingin disetujui oleh Flo.

"OHH! Dasar yaa kalian gak bilang-bilang kalau mau pake pelet bareng hahaha." Tawa mereka bertiga pun pecah.

"Jadi, Flo, lo kalah, lo ingetkan perjanjiannya?" Tetap dengan gaya sok premannya saat di rumah Flo.

"Iya iya inget, kamu mau apa sih, Kan, apa?"

"Apa sih yang enggak buat Arkaaaan." Ledek Caca sambil memainkan mimik wajahnya yang cantik itu, membuat tawa mereka pecah lagi.

"Pokoknya ntar malem, lo gue jemput ya, jam 7 teng harus udah rapi, oke? Dahh!" Ucap Arkan setelah tawanya selesai dan langsung pergi gitu aja.

"Cieee yang ntar malem mau ngedate! Uhuuyy!" Teriak ala Caca. Bener-bener bikin ilfeel dan kalau kata anak-anak sih yaa, "Untung cantik".

***

Pukul 7 kurang 15 menit, Flo sudah rapi dan sudah menunggu di depan terasnya. Malam ini Flo tampak mempesona, walau sebenarnya gayanya sangat lah simple. Kaos hijau dengan rompi jins you can see dan dipadukan dengan celana jins tiga perempat. Lalu Flo memakai topi ala orang film warna hijau tua dan sepatu convers biru tuanya. Dengan kacamata yang selalu menempel dan rambut sebahunya yang abis di blow. Benar-benar simple yang sangat mempesona.

"Hoii, Kan!" Sapa Flo dengan senyum yang gak bisa dia tahan. Arkan terlihat mematung sesaat setelah Flo menyapanya. Cantik yang simple tapi pake banget, ucap Arkan dalam hati.

"Eh, ayo, Flo, naik! Gue tau tempat yang pas banget deh buat refreshing kita." ucap Arkan sambil bersiap melajukan motornya. Sepanjang jalan, Arkan memikirkan rencananya. Mungkin ini rencana yang akan mengubah suasana ini, mengubah hubungan ia dan Flo (lagi), tapi ia harus melakukannya, biar persahabatan mereka gak tercoreng namanya. Itu.

"Gimana? Keren gak nih tempat?" Begitu sampai di tempatnya. Flo benar-benar terpesona sama tempat yang Arkan tuju ini. Diatas puncak gedung tinggi yang bisa dimasuki oleh motor. Pemandangan Jakarta pada malam hari begitu memanjakan mata. Kerlap-kerlip lampu dan suara klakson yang makin memperindah dan menunjukkan bahwa ini sangatlah Jakarta.

"Keren. Abis. Banget. Super." Jawab Flo dengan mata tetap menatap pemandangan didepan matanya.

"Nih, Flo, duduk sini. Gila ada yang jual jagung bakar yekan kayak di puncak banget deh." Ajak Arkan setelah memesan 2 buah jagung bakar pedas.

"Kamu tau tempat kayak gini darimana? Keren banget deh!" Tanya Flo yang menggebu-gebu.

"Dari Clara."

Hening seketika.

"Flo? Lo gak apa-apa?"

"Aku gak salah dengerkan ya? Clara? Clara Azaya? Temen les aku itu?" tuntut Flo saking kagetnya. Bola matanya terlihat benar-benar membesar. 

"Iya, Flo, Clara itu hehe. Gue lagi pedekate nih sama doi...." Oke lanjutin, Kan, jangan setengah-setengah, rencana dimulai, kukuh Arkan dalam hati.

"Jadi, yagitu Flo, gue bingung banget nih gimana caranya ngedeketin dia lagi. Sekarang lagi lost abis." Lanjut Arkan yang masih menunggu reaksi Flo. Sebenarnya, bukannya Arkan gak peka, tapi males aja buat nanggepinnya. Secara, misi yang lagi dia lakuin yaa supaya persahabatn mereka gak tercoreng dan hatinya tetap pada tempatnya.

"Hahaha parah ya kamu kenapa gak cerita ke aku? Yaampun kenapa aku baru sadar juga ya kalau kalian udah deket, secara Clara kemarin-kemarin nanyain kamu gitu, yaa aku bingung aja kalian kenal dimana." Sahut Flo begitu sadar dari lamunannya.

"Soalnya mau ujian hehe jadi yaa takut aja malah kepikirannya kesitu, mangkanya gue belum cerita-cerita. Bantuin gue dooong, Flo. Frustasi gue ngedeketinnya." Sambil memberika jagung ke Flo.

"Dia nanya-nanyain kamu kemarin-kemarin, nanya kamu lagi sibuk apa trus lagi deket sama siapa, yaa gitu lah. Bukannya gampang ya ngedeketin doi? Kan tipe kamu banget tuh dia." Masih dengan poker facenya seperti biasa, yang tertarik sama cerita-cerita orang, apapun dan siapapun.

"Akhirnya berdampak juga pedekate gue. Iya sih, tapi doi terlalu jual mahal banget deh, parah. Gak suka gue. Tapi tanggung kalau gak diterusin hehe lumayan gila" Cengiran mulai muncul diwajah Arkan dan matanya seolah-olah seperti membayangkan wajah Clara. Cantik, putih, hidung mancung, tinggi, kaki jenjang, kemana-mana gapernah pakai celana yang panjangnya semata kaki. Fisiknya oke banget deh pokoknya.

"Aku punya ide gimana move kamu selanjutnya!" Dengan jagungnya dijadiin semcam bohlam kayak di kartun-kartun.

"Apa apa apa?" Tanya Arkan yang sangat bersemangat.

"Kamu tau rumahnya? Besok kamu datengin rumahnya, bawa mawar atau bunga apapun yang warnanya kuning, trus kamu ajak candle light dinner, yaa tiba-tiba gitu, doi suka banget yang namanya kejutan romantis pasaran gitu deh." Tutur Flo dengan muka sok jijik. Bukan sok jijik, tapi emang beneran jijik. Karena Flo paling gak suka romantis pasaran kayak gitu, semacam bunga, dinner-dinner gitu, coklat atau apapun yang letoy-letoy gitu. Paling gak suka, dan Arkan tau persis itu. Bahkan semua teman dekatnya tau persis.

"Gak mau ah ntar lo katain cara letoy lagi..." Ucap Arkan yang antara meledek dan memelas.

"Iyalah! Hahaha! Tapi, serius, itu bakalan ampuh banget, dia bakalan langsung luluh sama kamu dalam 3 detik hahaha." Tawa Flo keluar. Tawa lepas pertama yang Flo keluarkan malam ini. Dan Arkan tersenyum dalam hati saat melihatnya.

"Hahaha okee! Gue pake cara lo deh! Yes, ntar langsung gue tembak deh pulangnya"

"Jangan! Kamu jangan tembak malam itu. Bikin dia ngenang kamu dulu, seminggu atau dua minggu kemudian baru kamu tembak, tapi dengan taraf kamu harus ke rumahnya minimal 2 hari sekali lah, biar doi makin jatuh hati. Halah matek amat ye omonganku." Cerocos Flo dengan otaknya. Sekarang, ia benar-benar tidak memikirkan hatinya lagi. Otak harus berperan penting dalam hal ini. Persahabatan yang dipertaruhkan disini.

"Mantaaap! Keren abis deh lo, Flo! Hahaha" Rangkul Arkan sambil memakan jagungnya yang tinggal sedikit.

"Iya lah Flovandaa!" Sambil menepuk-nepuk dadanya alih-alih membanggakan dirinya.

Sekarang, Flo sadar, dan benar-benar sadar. Bahwa ini saatnya ia harus pergi (lagi). Ia kembali 'diusir' Arkan dari hidupnya. Arkan punya pacar. Adalah tanda Flo untuk menjauh. Bukannya Arkan menyuruh atau para pacarnya dahulu sangat protektif, tapi Flo cuma gak mau kejadian yang sama terjadi lagi. Dimana Arkan berantem serius dengan pacarnya karena Flo. Yaa kalian mengerti lah gimana cewek kalau cowoknya punya teman dekat cewek. Dan mereka putus. Karena Flo. Tapi Arkan gak marah sama Flo, malah dia marah sama ceweknya karena tidak bisa ngerti hubungan mereka. Karena itu, mulai hari itu, Flo memutuskan untuk mundur salama Arkan punya pacar. Dan sekarang Arkan dengan jelas ingin melakukannya (lagi). Menjauh dari Flo. Rencana yang benar-benar sudah bisa diduga oleh Flo. Arkan takut persahabatannya tercoreng (lagi) karena perasaan Flo. Sebuah rencana yang benar-benar bagus. Untuk kedua belah pihak. Walau yang satu sadar bahwa ia sakit, dan yang satu lagi tidak sadar bahwa sebenarnya ia juga sakit.

Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik
Untuk masa depan
Sheila On 7 - Kisah Klasik

Selesai :)

Rabu, 30 April 2014

21 - 4 - 2014 #latepost

Kalian tau apa yang bikin sedih?
Ketika lo diremehin secara galangsung.
Ketika lo gagal ngajar dia; ini sedih loh.
Ketika dia balikin amarah yang gaseharusnya dibalikin.
Ketika dia lebih milih orang lain buat jadi penghiburnya; ... bukannya kalau sayang atau cinta, itu apapun yang doi lakuin pasti bakal ngehibur ya? Gatau deh kalau doi.
Ketika lo kecewa karena doi bilang gak lagi-lagi lo ajarin; ohmy...
Ketika lo gapernah bisa berkutik kalau doi ngomong; cuma bisa bilang iya atau maaf.
Ketika lo cuma bisa diem; nangis aja gabisa.
Ketika dia nulis pm (atau dimedsoc) greet, padahal lagi chat sama lo.
Ketika lo ngumbar ke orang-orang kalau zodiak lo dan doi adalah perfect match; tapi dalam hati lo meragukan, 70% malah lo ngeraguinnya.
Ketika lo bilang aku sayang kamu tapi doi gabales kalimat yang sama.
Ketika lo mau keluarin semua ini tapi gabisa.
Ketika lo cuma bisa nulis diem-diem dan berdoa kuat-kuat.
Ketika bahagia lo adalah bahagianya dia; bahagia dalam arti pacar loh ya.
Ketika usaha hiburan lo gabisa bikin dia mood dan senyum.
Ketika cewek-cewek lain itu lebih gampang bikin dia mood.
Itu yang namanya cinta atau sayang? Sebagai pacar?
Kata orang-orang, cinta atau sayang itu bikin lo terhibur, siapapun dan gimanapun orangnya.
Nah kalau dia masih minta hiburan dari orang lain padahal udah ada lo, itu namanya apa?
Ketika lo sadar, sepenuhnya bukan salah doi.
Tapi sebagian adalah salah lo.
Makin sedih yakan?
Karena? Lo ngerasa, lo bukan yang tepat buat doi.


21.4.2014 21:02

Rabu, 16 April 2014

Sebuah Moment (3)



 Meski waktu datang
Dan berlalu sampai kau tiada bertahan
Semua takkan mampu mengubahku
Hanyalah kau yang ada direlungku
Marcell – Tak Akan Terganti
 

“Flo, kita check out jam berapa?” Tanya Rinda sambil membantu Caca menyiapkan sarapan pagi mereka. Mie goreng, telor dadar dan oseng tempet. Makanan yang cukup niat untuk ukuran tour dadakan.

“Jam 1 siang. Kita mau otw jam berapa?” Flo juga gak kalah sibuk, bantu Felli bikin teh .


“Kita otw malem aja, Flo! Liat sunset dulu yaa? Hehe kayak kemaren kan enak tuh” timbrung Dodi tiba-tiba sambil nyomot telor yang udah dipotong-potong.


“Woy, lo sekali lagi nyomot, gua kasih upil nih, Dod” sahut Rinda yang agak kesal karena Dodi udah beberapa kali ngambilin telornya, dan yang diajak ngomong malah ngeloyor gitu aja.



Didekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Woo ohh wooo

“Sett, siapa tuh yang nyanyi? Enakan gitarnya dari pada suaranya” intip Felli yang tetep aja gak keliatan siapa yang nyanyi-nyanyi karena dia kurang tinggi.


“Itu mah suaranya Adlis dkk. Rizan noh yang cempreng banget hahaha” balas Caca dengan ketawa makin lebar begitu suara nyanyiannya makin kencang.



Tetaplah bersamaku
Jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi duniaa
Tulus – Teman Hidup

***
“ARKAAAN! SIALAN LO!” teriak Karin setengah kesal karena istana pasirnya dihancurkan Arkan dengan sekali lari.

“Hahaha! Mangkanya kalo bikin tuh jangan ngalangin jalan gua dong” balas Arkan tak mau kalah karena sedang bermain layangan.


Dan tiba-tiba…


“YAH ADLIS! Kok lo mutusin layangan gua sih?!” teriak Arkan dengan kesal.


“HAHAHA mampus lo, Kan!” Karin tertawa dengan senangnya.


“Sendirian aja Flo” sapa Dean dan membuat yang punya nama kaget gak karuan.


“Haduh jangan ngagetin gitu dong, De. Gila lo ah” gerutu Flo pelan.


“Haha lo nya aja kali yang lagi ngelamun. Liatin siapa sih?” mata Dean mengikuti arah mata Flo yang tertuju pada seseorang.


“Oh jadi tipe lo tuh yang kayak dia ya? Hmmm” ucap Dean lagi. Dan ucapan itu membuat Flo mengalihkan perhatian ke Dean.


“Apa maksudnyaa?”


“Hahaha lo gangerti apa pura-pura gangerti nih, Flo?” Dean yang meledek dengan mengangkat sebelah alisnya.


“Sialan lo haha. Aku baru tau nih lo bisa ngeledekin cewek, apalagi ceweknya kayak aku huahaha” Flo memeletkan lidah untuk balas dendam.


“Asik banget ya dia orangnya. Friendly banget lagi. Sayang gua bukan orang yang kayak gitu…” ucap Dean tanpa sadar dan sejurus kemudian….


“Anjir gua kok keceplosan gini dah” sambil menepuk jidatnya sendiri.


“Hahaha kenapa sih lo, De? Galau?” balas Flo yang berusaha cuek. Tapi didalam hatinya udah nervous abiss. Yaa gimana enggak? Dean, si cowok mendekati perfect untuk cewek yang suka tipe calm. Kulit sawo matang, mata hitam jernih, pendiam, kacamata bingkai hitam, suka sains dan kalau udah deket diajak ngobrol masalah social politik apa aja nyambung. Kurang apa coba yakan? Yaa emang sih dia kurang bisa bergaul, setidaknya itu tertutupi.


“Kenapa ya Flo, gua itu susah banget ngungkapin apapun ke orang-orang sekitar gua. Dari hal sepele sampe hal penting. Dari orang terdekat sampe stranger. Capek sendiri gua rasanya haha” keluar lah unek-unek Dean yang udah lama dia pendem sendiri.


“Kalo gua punya usul ini atau pendapat itu, pasti susah ngutarainnya” lanjut Dean.


“Hmm antara malu sama takut, iya bukan? Karena aku juga pernah ngalamin kayak gitu De” tanggap Flo sambil memainkan pasir.


“Takut sih lebih tepatnya. Gua takut tanggapan orang nantinya gimana, Flo.”


“Hm gini ya De. Ini hidup lo. Lo mau ngelakuin apapun ya suka-suka lo, begitu juga dengan berpendapat atau mengutarakan sesuatu. Lo punya hak kok. Sama kayak manusia lainnya. Mau gimanapun tanggepan orang yaa itu hak mereka juga, lo gabisa ngelarang-larang mereka buat gak komentar. Tapi tetep, semua kendali ada di lo. Kalau tanggepan itu membangun yaa lo ambil, kalo enggak ya tinggal. Simple, right?” diakhiri Flo dengan menyunggingkan senyum, berharap yang diberi masukan bisa tenang.


“Oke kalo gitu, gua mau coba mengutarakan sesuatu, Flo” Dean tiba-tiba memegang tangan kiri Flo yang ada dipasir, berusaha membuat Flo untuk menatap balik kearah matanya.


“Apa? Jangan bikin aku degdegan deh hahahaha” balas Flo dengan suara hambar dan menatap balik ke mata Dean.


“Gua suka sama lo, Flo. Sejak kita ketemu lagi 2 tahun yang lalu. Gua sadar kalo gua suka beneran sama lo, bukan gara-gara kata-kataan jaman sd haha itu basi banget. Hm yaa gitu deh hehe, ini serius loh, Flo” setelah mengucapkan kalimat itu yang udah dia siapkan dari jauh-jauh hari, Dean menelan ludahnya. Buat nutupin tangannya yang gemetar, Dean melepas tangan Flo, lalu menulis dipasir:



Mau jadi my gf Flo?

Dan tulisan itu sukses bikin mata Flo yang udah belo jadi keliatan mau loncat. Dan gak butuh waktu lama buat bikin mata Flo berkaca-kaca. Antara terharu sama sedih.

“Kok diem, Flo?”


“Hmm.. De.. Kamu mau aku jawab jujur apa enggak?” pertanyaan bodoh yang malah keluar dari mulut Flo, dan dijawab anggukan dari Dean.


“Kalau ditanya mau enggaknya, hm mau. Tapi… aku gak tega sama kamu. Hmm rasa yang aku punya bukan lagi buat kamu. Dulu iya, tapi sekarang udah bukan, De. Dulu mungkin aku suka kamu tapi ternyata hmm orang yang tadi kita liat yang aku suka. Lebih dari suka, sayang. Dan sayangnya lebih dari sahabat, lebih dari sayang yang dia kasih ke aku sebagai sahabat. Maaf De” meluncur lah semua kata-kata itu dengan lancar dan Flo pelan-pelan melihat kearah Dean. Dan betapa kagetnya waktu Flo ngeliat Dean malah tersenyum. Senyum lebar yang tulus, walau matanya nunjukin kalau dia lagi sedih.


“Akhirnya lo jujur juga sama diri lo sendiri. Kita sama-sama legakan? Hehe itu gunanya temankan? Bikin lega tanpa dipaksa” jawab Dean yang melenceng jauh dari perkiraan Flo.


“Flo, gua tau dulu lo suka sama gua dan gua nyesel udah ngabaiin itu. Barusan lo ngajarin gua kalo mengutarakan sesuatu itu hak setiap orang. Jadi sekarang, utarain perasaan lo dengan jelas. Itu hak lo, Flo. Mau nantinya dia ngejauh lagi, ya itu resiko. Yakan? Dari pada dipendem terus jadi kentut? Hehe” Dean memegang tangan Flo lagi, tapi kali ini dengan menggenggam erat seraya menyakini kalau semuanya gak akan berubah.


“Thanks, De. Tapi… Aku takut kehilangan, buat kedua kalinya.”


“Gua jadi lo, mending kehilangan buat kedua kalinya dari pada gak tenang seumur hidup. Lo tau? Sejak hari pertama kali kita ketemu lagi, gua gak tenang haha lebay? Emang, tapi yaa ini jujur. Gua gengsian, Flo haha” tawa hambar Dean membangunkan lamunan Flo.


“Jadi, sekarang aku harus gimana, De?”


“Kok jadi lo yang bego dah hahaha. Samperin dia, bilang ke dia kalo lo beneran sayang dia. Udah itu aja, jangan ditambahin babibu tralala trilili lagi. Just say “I love you” sambil mendorong-dorong Flo untuk bergerak maju kearah orang itu.


 Flo berjalan beberapa langkah, lalu menengok kebelakang melihat kearah Dean dan ternyata udah ada Caca yang lagi ngedipin sebelah mata disebelah Dean. Flo tersenyum. Jalan beberapa langkah kedepan, lalu berhenti dan nengok lagi kebelakang untuk memastikan ada orang yang mendukungkan dan dia tak sendiri. Dean dan Caca mengacungkan jempol. Dan sekarang Flo mantap jalan kearah orang itu.


“Woy! Serius amat bikin rumahnya haha” goncang Flo dipundak cowok itu.


“Sumpah lo, Flo! Hampir aja nih rumah rubuh. Udah tinggi nih. Eh btw ini istana bukan rumah” sambil memeletkan lidah.


“Hahaha hmmmm” ucap Flo sambil menulis sesuatu dipasir.



Arkan, I love you.

“Kan, liat deh aku bikin apa” ucap Flo ke Arkan sambil menunjuk tulisannya.

Dan dari yang Flo liat, Arkan mematung sesaat. Matanya bersinar. Tapi… itu hanya sebentar, lalu dibalas Arkan dengan tulisan…



I know Flo, thank you, but sorry I cant.

Dan pada detik itu pula Flo merasa kehilangan udara segar.


Masih dengan alasan yang sama?

Oh God ini bukan akhir yang baik (lagi), ucap Flo dalam hati.


Yes, I love you as a close friend. And I have someone special but not you, Flo.

Dan satu tetes air mata disebalah kanan jatuh, tapi Flo masih bisa mengendalikannya.

“But Flo, you’re my best ever!” sahut Arkan kemudian dengan merentangkan kedua tangannya tanda ingin dipeluk.


“Haha thank you, Kan. You make my life soooo berwarna hahaha” dan Flo menyambut ajakan pelukan Arkan.


Dari jauh, Dean dan Caca sudah bisa menebak akhirnya.

Mungkin bukan akhir yang diinginkan, tapi pasti jadi akhir yang terbaik.


Walau ku masih mencintaimu
Ku harus meninggalkanmu
Ku harus melupakanmu
Meski hatiku menyayangimu
Nurani membutuhkanmu
Ku harus merelakanmu
Ternyata dirinyalah
Yang sanggup menyanjungmu
Yang ramah menyentuhmu
Bukanlah diriku
Samsons – Bukan Diriku


Selesai:)