Sabtu, 30 Januari 2016

[MASTER POST] Receh Untuk Buku 2016

Haloha!
Ini mungkin challenge kedua yang aku ikuti setelah Indonesian Romance Reading Challenge 2016. Dan, jelas, ini challenge Receh Untuk Buku pertama yang aku ikuti. Host-nya adalah Kak Maya, bisa di cek di blognya.
Jadi, challenge-nya adalah mengumpulkan uang receh kita selama satu tahun ini. Dan nanti diakhir tahun, uangnya digunakan untuk membelanjakan buku yang diinginkan atau buku untuk diberi hadiah ke orang lain. Kedengarannya mudah, yakan? Mau dicoba? Caranya mudah kok:



1. Kumpulkan semua uang receh yang kamu punya sejak bulan Januari-Desember 2016.

2. Setelah akhir tahun, hitung jumlah uang tersebut dan belikan buku yang kamu inginkan/bukunya dihadiahkan ke orang lain.

3. Buat postingan tentang challenge ini di blog kamu, share di media sosial yang kamu punya.

4. Pasang banner Receh Untuk Buku 2016.

Selamat mencoba, Gengs! :)


***
21.31 - 30 Januari 2016

Jumat, 29 Januari 2016

Dear San

Dear San,

Halo, San! Long time no see. Apa kabarmu? Aku selalu berharap kamu baik-baik saja di sana. Di mana pun kamu berada. Bahkan, aku tak bisa mengira-ngira kamu ada di mana. Tetapi, aku tahu, kamu akan selalu di sana, di salah satu bilik hatiku.

Hai, San! Sudah mulai tersenyum kah kamu? Sejak terakhir kita berkirim kabar, kamu masih belum tersenyum (dugaanku). Aku selalu berharap kamu memulai hari dengan seulas senyuman, bukan dengan secangkir kopi seperti yang aku lakukan. Iya, aku masih minum kopi, maafkan aku, ya? Tetapi, pernah, disuatu pagi, aku mencoba caramu. Sarapan dengan segelas susu cokelat dan beberapa potong biskuit. Oh, tentu saja, seulas senyuman juga. Rasanya memang baik, tetapi tidak lebih baik dari sapaan pagimu, San. Apalagi bila disuguhkan bersama kopi dan roti kacang. Sempurna.

Halo, San! How's life? Sudah lama tidak mendengar cerita-cerita lucu darimu. Tentang banci-banci yang suka godain kamu. Tentang anak-anak remaja putri yang sering nongkrong di pengkolan gang rumahmu. Tentang kue-kue buatan ibumu. Tentang film-film thriller. Tentang humor-humor receh. Ah, apa pun itu. Masih mau kah kamu bertukar cerita denganku?

Hai, San! Aku... Aku rindu.


With smile,

Fin.


***
23.11 - 28 Januari 2016

Rabu, 27 Januari 2016

[BOOK REVIEW] Novel Melupakanmu Sekali Lagi


Judul: Melupakanmu Sekali Lagi

Penulis: Kireina Enno

Penerbit: Gagasmedia

Tebal: 228 halaman

Tahun terbit: 2015

Ini kisah tentang mengingat kenangan dengan hati yang patah. Yang menyakitkan, tetapi juga kau rindukan.

         Ia adalah lelaki dingin dan ketus, tetapi penyayang. Arai Mahameru. Setelah menjalani hubungan yang langgeng dan hampir ketahap penting, yaitu melamar sang kekasih, Fira memutuskan hubungannya dengan Arai tanpa persetujuan Arai. Alasan yang dipakai Fira adalah karena mimpi-mimpi mereka berbeda dan jalan mereka tidak lagi sama. Dengan hati yang patah dan ditambah dengan rasa kecewa Arai terhadap ibunya karena tidak kunjung memberi tahu siapa sebenarnya ayahnya Arai, Arai memutuskan untuk pergi ke Surabaya. Alasan utama Arai pergi karena ingin menghindari Fira yang masih saja berusaha memberi perhatian kepadanya. Tetapi, Arai memiliki tujuan utama kenapa ia harus ke Surabaya, yaitu mencari tahu siapa ayah kandungnya. Berbekal beberapa barang penting yang ia temukan didalam peti di kamar ibunya dan beberapa fasilitas yang diberikan oleh Sakti, Arai memulai pencariannya di kota Surabaya.

        Tanpa Arai sangka, begitu ia tiba di salah satu hotel mewah dan bersejarah di kota Surbaya, Arai mendapatkan masalah sekaligus keberuntungan karena ia bertemu dengan seorang gadis bernama Addara Georgia. Adda juga memiliki misi di kota Surabaya. Arai dan Adda terlibat pertikaian yang seru yang pada akhirnya membuat mereka menjalankan misi bersama, atau lebih tepatnya, saling membantu.

“Kalau ia sudah tidak mau melanjutkan hubungan, kamu bisa apa? Memaksanya bertahan tidak akan membuat semuanya menjadi lebih baik.”

            Hal pertama yang ada dipikiranku begitu melihat judul di cover novel ini adalah “Gila, ini gue banget.”. Hahaha, oke, maafkan aku, ya, sambil curhat dikit. Cover novel Melupakanmu Sekali Lagi karya Kireina Enno ini benar-benar telah menghipnotis aku pada pandangan pertama, hmm judulnya sih, lebih tepatnya. Begitu membaca blurbnya, tanpa pikir panjang, aku langsung membeli novel ini. Tapi, sayang, realita memang selalu tak sama dengan ekspetasi. Secara keseluruhan novel ini memang menyentuh dengan susunan kata-katanya dan jalan ceritanya. Tetapi, tata letak atau susunan ceritanya membuat aku bingung. Walau bagian flashback dan alur majunya dibedakan dengan font tulisan, tetapi tetap saja membuat bingung.

          Dibandingkan dengan Arai, aku malah jatuh hati kepada Adda. Pembawaannya yang asyik, sangat berenergi, dan sangat ekspresif membuat siapapun yang didekatnya merasakan hal yang ia rasakan. Iya, aku seperti benar-benar berada didalam cerita tersebut. Seperti novel Barcelona Te Amo, dalam novel ini pun penulis bisa membuat pembacanya seolah-olah merasakan apa yang tokoh tersebut rasakan. Aku benar-benar merasakan apa yang Arai rasakan. Patah hati, rasa kehilangan, dan rasa kecewanya seolah benar-benar nyata. Begitu pula rasa bahagia yang Adda rasakan saat misinya berhasil, aku juga bisa merasakan kebahagiaannya.

         Didalam novel ini, banyak sekali kata-kata yang menyentuh. Disetiap bab terdapat ilustrasi yang menarik, beserta quotes yang menyentuh tentunya. Akan aku beritahu beberapa quotes yang menyentuh.

Ternyata, cinta saja tak cukup untuk menyatukan mimpi-mimpi yang berbeda.

Dia tidak akan pergi dan berlalu. Jika dia menginginkanmu.  Semudah itu.

Apa pun yang datang, biarkan tiba. Apa pun yang tinggal, biarkan berdiam. Apa pun yang pergi, biarkan berlalu.

         Ah, dan covernya manis sekali. Perpaduan antara pink soft dan kuning soft itu enak dipandang. Aku mengasumsikan kupu-kupu yang ada dicover itu sebagai sesuatu yang pergi. Yang memaksa pergi dan tidak akan pulang kembali. Hehe, itu menurutku saja lho ya.


Saat hatimu patah, pada akhirnya, jalan satu-satunya adalah menjadi tabah. Mungkin saja, suatu hari kau akan menemukan seseorang kembali. Namun, pada kisah kali ini, aku akan melupakanmu sekali lagi.


***
22.19 - 26 Januari 2015

[BOOK REVIEW] Novel Tentang Waktu



Judul: Tentang Waktu

Penulis: Tyas Effendi

Penerbit: Gagasmedia

Tebal: 266 halaman

Tahun Terbit: 2015


Waktu berutang kepadaku. Tentang jarum jam yang lelah berputar. Tentang cerita yang menggantung. Tentang perjalanan yang belum usai.

            Namanya adalah Granada Mahari. Seorang mahasiswi jurusan Antropologi Sosial di Universitas Brawijaya, Malang. Nada, begitulah ia akrab disapa, ini mengalami perjalanan lintas waktu yang panjang setelah mengalami patah hati karena mantan pacarnya, Arsa, mengidap penyakit leukimia dan meninggal dunia. Awal perjalanan dimulai dari pekerjaan sambilannya, yaitu seorang ilustrator. Salah satu dosennya, Bu Ratri, menawari Nada menjadi ilustrator untuk sebuah naskah non-fiksi dan berbobot.

            Naskah berjudul Jejak Perang Bosnia-Herzegovina 1992 ini ditulis oleh seseorang yang mengaku sudah kenal dengan Nada. Sampai akhirnya naskah tersebut membawa Nada pada sebuah perjalanan panjang, yaitu perjalanan waktu. Perjalanan tersebut yang membawa Nada bertemu dengan lelaki dingin bernama Reksa. Lelaki dari dimensi waktu yang ia kunjungi. Bukan, bukan kunjungi karena Nada yang menginginkan, tetapi karena tarikan lempeng cahaya dari sebuah vas yang ia dapatkan untuk mendalami naskah perang tersebut. Dan dari pertemuan dan perjalanan tersebut, cerita Nada dimulai.

Ternyata, setiap pertemuan dengan orang baru bukanlah sesuatu yang sederhana.

            Novel Tentang Waktu ini bergenre romance. Tetapi, romance kali ini benar-benar beda. Penulis mengemas cerita begitu apik. Perpaduan antara petualangan dan cinta benar-benar pas. Dan di novel ini, petualangannya bukan sembarangan petualangan. Ini adalah petualangan waktu yang tidak biasa. Bukan petualangan waktu flashback dari si tokoh utama, tetapi petualangan waktu yang hmm apa ya? Susah dideskripsikan. Aku benar-benar kagum dengan penulis novel ini. Karena sudah pasti riset yang dilakukan tidak main-main. Kalau boleh dibilang, ini adalah buku sejarah yang dikemas dalam bentuk novel bergenre romance. Benar-benar keren.

            Aku bisa merasakan rasa-rasa yang dialami oleh Nada. Rasa kehilangan orang yang ia sayangi, Arsa. Walau aku kurang dapat feel-nya dibagian cerita flashback Nada saat masih bersama Arsa. Yang aku benar-benar dapat feel-nya adalah saat-saat Nada di Sarajevo dengan berbagai penderitaannya bersama Reksa dan Lella. Aku dibawa seolah-olah aku ada didalam cerita tersebut. Secara keseluruhan, novel ini keren! Tidak bisa ditebak, atau cuma aku ya yang enggak bisa nebak? Ah, pokoknya aku merekomendasi kalian untuk membaca novel yang satu ini.

Setiap pertemuan itu mempunyai benang merahnya yang masing-masing sudah terpaut rapi. Ada rencana Tuhan yang tertulis panjang di baliknya.


***
11.58 - 25 Januari 2016

Minggu, 17 Januari 2016

Untitled (2)

Kau tau?
Ada hal lain yang lebih menyakitkan daripada cinta yang tak terbalaskan.
Yaitu, rindu yang tak bisa diungkapkan dan sayang yang tak bisa diucapkan. Pada akhirnya, semua hanya akan berujung pada sebuah doa yang dipanjatkan setiap akhir malam. Karena itu, maaf bila mimpimu terganggu dengan kehadiranku.

Aku rindu.

***
23.54 - 16 Januari 2016

Jumat, 15 Januari 2016

[MASTER POST] INDONESIAN ROMANCE READING CHALLENGE 2016



Heyho!
Bosen liat isi blog ini yang enggak jelas? Hahaha. Kali ini semoga isi blognya lebih sedikit jelas ya.
Ini adalah reading challenge pertama yang saya ikuti. Dan kebetulan, reading challenge ini temanya romance, jadi sesuai sama genre novel yang saya suka. Hm, harusnya sih mudah ya menyelesaikan challenge ini, tapi enggak tau juga nantinya gimana haha semoga aja ya. 
Kenapa ikut challenge seperti ini? Karena untuk meningkatkan dan memotivasi diri saya supaya semakin meluangkan waktu untuk membaca. Saya sadar, sejak masuk kuliah, kurang banget meluangkan waktu buat membaca, entah itu buku, novel, cerpen, ataupun artikel diinternet. Masih belum bisa mengatur waktu hehe. 
So, kalian mau ikutan juga? Silahkan dilihat diblognya Mbak Rizky.

Rules

1. Indonesian Romance Reading Challenge ini berdurasi selama satu tahun, dimulai dari bulan Januari sampai bulan Desember 2016.

2. Memasang button IRRC 2016 di sidebar blog kalian dan memberikan tautan balik ke link postan ini.

3. Disarankan membuat master post dan menautbalikkan ke link post ini. Dan pada akhir tantangan, dipersilahkan membuat wrap-up post sebagai rekap hasil bacaan selama setahun ini. Jika tidak membuat master post, mohon setelah mendaftarkan link blog kalian dan juga alamat email di kolom komentar, sebutkan level yang akan kalian ambil di kolom komentar.

4. Bagi yang tidak punya blog, bisa membuat shelf di Goodreads dengan nama shelf "IRRC 2016" dan silahkan daftarkan linknya di kolom komentar.

5. Syarat buku bacaan yang dapat iikutkan dalam IRRC 2016 ini adalah:

- Buku yang dibaca adalah buku fiksi bergenre romance, boleh berupa novel, antologi, kumpulan cerpen, novella, dan sejenisnya; bukan komik dan buku nonfiksi.
- Buku yang dibaca harus buku karya pengarang Indonesia, bukan buku terjemahan karya pengarang luar negeri.
- Buku yang dibaca boleh terbitan dari tahun kapan pun, penerbit mana pun, asal masih memiliki nuansa romance didalamnya.

6. Diperbolehkan re-read atau membaca ulang.

7. Diharuskan menyelesaikan bacaan dan membuat review. Review dapat ditulis di blog (tidak harus blog buku, tapi masih merupakan blog aktif), notes Facebook, atau review Goodreads.

8. Buku-buku yang dibaca boleh digabung dengan reading challenges lain yang teman-teman ikuti. 

9. Teman-teman dapat memilih level challenge IRRC 2016 berikut ini : 
Easy : membaca 1 - 10 buku 
Middle : membaca 11 - 20 buku
Hard : membaca 21 - 30 buku
Maniac : membaca lebih dari 30buku


 10. Silahkan cek blog ini untuk mendaftar.

Pada reading challenge ini, saya memilih level middle. Kurang yakin sih, tapi bismillah aja hehe.
Sebelumnya pun, saya belum pernah me-review novel apapun (kecuali karena tugas Bahasa Indonesia waktu masih sekolah). Jadi, ini akan menjadi pengalaman pertama saya me-review novel-novel yang akan saya baca dan dishare didalam blog ini. Maaf bila nanti dalam review saya masih banyak sekali salah hehe. 

Tertarik? ;)
http://rizkymirgawati.blogspot.co.id/2016/01/master-post-indonesian-romance-reading.html

Rindu Kepada Bulan

Kadang, aku bertanya-tanya,

Pernahkah Bulan merasa iri kepada bumi?

Pernahkah Bulan merasa iri kepada para penghuni bumi?

Pernahkah Bulan merasa iri kepada bintang?

Pernahkah Bulan merasa kesepian bila bintang tidak ada?

Pernahkah Bulan merasa kesepian bila tidak melihat bumi?

Pernahkah Bulan merasa tidak bisa menjangkau bumi, sama seperti apa yang bumi rasa?

Pernahkah Bulan merasa tidak senang bila tidak melihat bumi, sama seperti apa yang bumi rasa?

Pernahkah Bulan merasa bumi adalah segalanya, tidak hanya bintang?

Pernahkah Bulan merasa hmm.. Rindu?

Entah kepada siapapun.

Karena, kita semua pun tau, bahwa Bulan tak akan tergapai oleh bumi, begitu pula dengan bintang, tak akan.

Jadi, pantaskah kami –para penghuni bumi– merindukan Bulan?

Rindu? Nikmati saja.



***

20.46 - 15 Januari 2016

Selasa, 05 Januari 2016

Creamer di Kopi Hitam

Gluk gluk gluk

Teguk terakhir untuk cangkir kopi ketiga malam ini. Aku tau, Arya tidak suka dan ia hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuanku malam ini.

“Lo mau sampai berapa gelas, Mey? Gak sekalian rokok gue aja nih lo coba?” Celetuk Arya, sinis.

“Boleh, kalau lo ngizinin.”

“Kampret, enggak lah. Kenapa sih, lo? “

Aku tau, Arya sebenarnya khawatir dengan tingkahku malam ini. Jujur aja, aku pun enggak tau kenapa aku seperti ini. Yang jelas, aku hanya sedang berusaha mengikhlaskan sesuatu...

“Bukan gini caranya kalau lo mau ngelupain semuanya. Toh, sampai kapanpun lo enggak akan pernah bisa ngelupain.” Sulut Arya sambil mematik rokok keduanya.

“Lagian, anak sd mana yang diajarin caranya melupakan? Dari jaman nenek moyang, yang diajarin itu menghafal dan mengingat, bukan melupakan.”

Hmmm

Aku pengin banget lempar gelas kopi ini ke mukanya Arya, sayang dia masih sahabatku. Diseberang meja, aku tau kalau Arya menaikan bibir kanannya. Seperti itu lah reaksinya, kalau dia tau bahwa sebenarnya, dia menang. Aku hanya diam saja, enggan menatap atau pun membalas Arya.

“Siapa bilang gue mau ngelupain?” Aku tau, Arya enggak akan percaya. Tapi, memang iya kok, aku hanya ingin mengikhlaskan, bukan melupakan. Bukannya mengikhlaskan bagian dari move on?

“Lo kalau mau move on yang niat dikit gitu. Cari cowok atau apa lah. Bukannya bengang-bengong gini-gini doang.”

“Lo tuh ya, galiat apa dari tadi gue ngapain? Baca novel. Lo kali tuh yang bengang-bengong kagak ada kerjaan. Dari tadi ngomentarin gue mulu.” Iya, aku selalu gampang tersulut api yang dibikin oleh Arya. Dan dalam hitungan detik dia akan tertawa. Tiga.. Dua.. Satu..

“Hahahaha gitu dong, Mey.” Tangan kanannya mencubit pipi kiriku.

Kalian tau? Kadang yang kita butuhkan hanya seorang sahabat yang bisa membuat kita acak-adul jungkir balik untuk membuat kita move on. Arya lebih dari sekedar sahabat, Arya itu seperti.. Hm saudara kembar? Ya, apa pun namanya lah, yang mendeskripsikan kami. Arya tau luar dalam tentangku, begitupun sebaliknya. Arya yang paling tau gimana cara ‘menemani’ yang benar. Arya tau...

“Huussh, bengong lagikan. Sekarang mikirin apa? Siapa? Gue?” Lambaian tangannya menyadarkanku dari lamumanku tentang... dia? Jadi, baru aja aku mikirin Arya? Oh My G.. Kalau dia tau, dia pasti akan jungkir-balik, senang setengah mati.

“Hahahaha tuh kan bener, pasti lo mikirin gue, yakan, Mey?”

“Upil. Enggak sudi gue mikirin lo. Hahaha.” Bola-bola tisu jatuh tepat diwajahnya.

“Udah ngaku aja. Gue ikhlas kok kalau dijadiin lo pelampiasan buat move on.” Senyum jahil mulai muncul di wajahnya. Iya, kadang, aku memang menikmati senyum itu. Menenangkan. Entah bagaimana caranya.

“Oh! Atau gue bantu move on mau gak? Gue bikin lo jatuh hati ke gue. Gimana?”

“Bisa gak sih, sekali aja, lo enggak usah ganggu gue dengan humor receh lo itu?”

“Enggak bisa, sayang.” Tangan kanannya, lagi-lagi, mencubit pipi kiriku.

“Hehhh lo tuh ya....” Aku hanya mengerlingkan mata. Bukan Arya namanya kalau belum melihat lawannya tunduk kepadanya.

Dulu sekali, Arya pernah bilang, kalau sahabat tidak akan bisa dan tidak akan pernah menjadi cinta. Jadi, hal-hal semacam tadi hanya aku anggap bercanda. Dan Arya memang menganggap begitu, kan?

“Coba deh, Mey. Sekarang, lo merem. Lo rasain sekitar lo, termasuk keberadaan gue. Gimana rasanya?”

“Hmm.. Tenang.”

“Trus lo pikirin hal atau orang yang bikin lo enggak bisa move on itu.”

“Hmm.. Oke, lalu?”

“Apa rasanya? Gausah buru-buru. Rasain dulu.”

“Rasanya.. Tenang. Lega. Ikh... Las?” Aku membuka mata seketika. Dan melihat Arya tersenyum simpul ditempatnya.

“Yang lo butuhin hanya tenang dan lingkungan sekitar yang mendukung lo untuk move on. Termasuk gue.”

Aku speechless. Arya begitu terlihat tenang ditempatnya, tidak menunjukkan gelagat-gelagat aneh. Dan unfortunately, jantungku berdegup lebih cepat. Oh My G...

“Mey, lo selalu tau, kan? Kalau gue selalu ada di sini. Kapan pun lo butuh. Sebagai apa pun, gue siap.”

“Lo kesambet apaan, Ar...” Aku, jujur, bingung. Arya memang pernah seserius ini, tapi itu dulu, waktu aku mau pacaran sama yang terakhir ini. Setelah itu, dia enggak pernah bahas atau menyinggung masalah semacam ini dan seserius ini. Bukan Arya banget.

“Jam berapa sih sekarang?” tanyaku sambil melihat jam tangan.

“Oh, sebelas. Pantes otak lo udah mulai geser.” Sambungku tanpa memberi celah.

“Ayo, Ar, kita pulang. Ngantuk gue. Besok masih harus ngedit artikel.” Aku benar-benar mengantuk. Dan, ya, sedikit canggung.

Aku membereskan novel dan barang-barangku yang tercecer di meja. Arya menghabiskan teh jahenya. Kami sudah berdiri, bersiap-siap jalan meninggalkan meja. Dan...

“Mey, lo tau, kan? Kalau gue akan selalu jadi creamer disetiap kopi hitam yang lo minum.”

Dan aku diam, termangu.




***

21.03 – 4 Januari 2016