Rabu, 25 Januari 2017

Pulang dan Pergi

Bagiku, Jakarta bukan hanya sekedar Ibu Kota.
Bukan juga sekedar tempat pulang.
Bukan juga tempat untuk pergi.
Jakarta adalah kota ramai yang membuat hati sunyi.
Kota padat yang membuat hati lengang.
Kota dimana rumah, nyaman, dan luka ada didalamnya.
Kota dimana kata pergi menjadi begitu dingin dan kata pulang menjadi sangat hangat.
Jika pulang memberi kekuatan baru, maka pergi pun memberi luka baru.
Jika pulang membuka luka lama, maka pergi pun membuka lembar baru.
Jika pulang berarti menyelami jejak yang pernah ada, maka pergi berarti menyulam kenangan-kenangan itu.
Tidak semua pulang itu dinanti dan tidak semua pergi itu dihalau.
Bagiku, seberapa jauh kita pergi, kata pulang akan semakin berarti.
Bagiku, pergi itu ketika berani untuk terus menatap setiap titik yang tidak pasti didepan sana, dan pulang itu ketika kita berani untuk menghadapi setiap luka yang pernah tercipta.
Bagiku, pergi adalah perjalanan, dan pulang adalah pengistirahatan.
Karena pergi dan pulang hanya perkara seberapa jauh jarak yang ditempuh.
Karena itu pula, setiap orang memiliki arti pulang dan pergi yang berbeda-beda.



***
Kereta Jakarta - Yogyakarta, 05:17 - 25 Januari 2017

Kamis, 12 Januari 2017

Tentang Keinginan

Saya mengerti, setiap hal pasti mempunyai masa jayanya masing-masing.
Ketika masa jaya tersebut habis, akan ada penurunan, dan kembali ke keadaan statis.
Itu pasti, saya tau persis.
Tapi, kadang, ada beberapa hal yang tidak bisa kita sangkal.
Contohnya, seperti kita ingin semuanya kembali ke masa jaya. Kita ingin tidak ada yang berubah.
Iya, saya mengerti, bahkan hakikat hidup sebenarnya adalah tentang moving forward.
Keinginan seperti itu sangat tidak masuk di akal, memang.
Tapi, bagaimana lagi?

Ketika hati bekerja lebih cepat dari pada otak.
Ketika rasa bermain lebih unggul dari pada logika.
Bisakah kita menahannya?

Seperti ketika rindu datang menerpa, bisakah otak menghalau lebih cepat dari pada hati yang berusaha membangkitkan rindu itu menjadi lebih besar?
Saya tidak mengerti.

Untuk saat ini, yang saya tau, saya hanya ingin dan rindu kamu.
So pathetic. And selfish, maybe? Maaf.


***
Jakarta, 12 Januari 2017, 00:40