Rabu, 28 Mei 2014

Benih

Ini bukan soal aku dan kamu
Bukan soal rasa
Bukan juga soal hati
Bahkan bukan soal cinta

Ini sebuah benih
Sekuncup benih
Sebercak benih
Setitik benih

Aku pernah bertanya,
Dari mana datangnya benih?
Mengapa ia bisa mekar?
Mengapa pula ia bisa mati?

Lalu, aku berpikir
Benih itu ada karena diinginkan
Karena benih itu dibutuhkan
Karena benih itu diharapkan

Tapi,
Benih bisa datang tiba-tiba
Karena tiupan angin
Karena terbawa arus kehidupan
Karena terhanyut jaman

Benih itu,
Kecil? Pasti
Bening? Tidak selalu
Membawa kebaikan? Tak juga

Aku bisa melihat benih
Tapi aku tak mampu
Aku bisa merasakan benih
Tapi tak pula denganmu

Benih itu tak kasat mata
Tapi mengapa kau tak melihat?
Benih itu terasa menusuk
Tapi mengapa kau tak merasakannya pula?

Benih itu terlihat mengkilap
Tapi terlihat kelabu
Benih itu membuat candu
Tapi membuat hancur

Sekali lagi,
Ini bukan soal cinta
Tapi soal benih didalamnya

Benih yang membuatnya tertipu
Benih yang membuatku berapi
Benih yang ia dan aku tau
Yang tak sama arti dan rasanya

Jumat, 16 Mei 2014

Sebuah Rencana

Ku dapati diri makin tersesat
Saat kita bersama
Desah nafas yang tak bisa teruskan
Persahabatan berubah jadi cinta
Sahabat Jadi CInta - Zigas

Dret dret

1 Messages  

Arkan: Flo, mau bareng gak? Cepetan turun! Gue udah dibawah nih.
Flo: Iya, 5 menit lagi.
Arkan: 10 menit lagi lo gak turun, gue tinggal.

"Bawel deh tuh anak. Apa ya yang kurang? Dasi udah, gesper udah, kaos kaki putih udah, topi juga udah di tas. Apa lagi ya?" Flo merapikan dirinya didepan cermin.

Hari ini adalah hari besar. Hari semua anak kelas 3 SMP mengetahui nilai nem mereka. Hari ini adalah hari pengumuman. Hari dimana menentukan mati-hidupnya Flo. Oke lebay. Tapi, kayaknya emang hari pengumuman itu jadi salah satu hari paling besar dan seram dihidup para siswa di Indonesia, khususnya siswa 3 SMP pada pagi ini.

"Ma, Pa, Flo berangkat yaa! Doain nilainya bagus yaa! Dah Papa, Mama!" ucap Flo seraya mencium tangan orangtuanya, meminta doa.

"Bocah, lama bener kayak putri solo! Cepetan naik, telat ntar kita" cerocos Arkan begitu Flo muncul didepan mukanya. Sebenarnya, Arkan lebay. Mereka gak akan telat sekalipun berangkatnya 10 menit lagi. Jelas lah, jam masih menunjukan pukul 05.50 sedangkan upacara pengumuman baru dimulai pukul 07.00.
Hari Senin ini adalah hari penting bagi mereka, karena itu mereka gak mua telat dihari bersejarah ini.

***

"Alhamdulillah Flo! Kita lulus! Yeaah!" teriak Caca begitu melihat amplop ditangannya.

"Iyaa Caaa! Alhamdulillah!" Flo sambil memeluk Caca dan masih berjingkrak-jingkrakan ditengah-tengah lapangan, begitu juga siswa-siswi yang lainnya.

"Tapi tapi, lo emang gila ya, Flo! Nem lo gede banget wow! Pasti dapet "The Number One" lagi deh." ucap Caca sambil mengguncang-guncangkan pundak Flo. "Gue aja cuma 36.10 Flo... Masuk mana ya? Bisa satu sekolah lagi gak ya sama lo..." dengan nada gambang dan wajah yang tersirat sekali kalau si cantik ini sedih.

"Ca, kamu tuh kenapa sih? Itu bagus tau, bersyukur dong" sikut Flo sambil menyunggingkan senyum miring. "Lagian kalau soal sekolah, kita bisa atur kok biar kita satu sekolah hehe" Flo mengedipkan mata lalu berjalan kembali kebarisan kelasnya.

"Baik anak-anak, harap tenang. Sekarang bapak akan mengumumkan peringkat 5 besar sesuai dengan nilai kelulusan." Kepala sekolah berdiri didepan podium sambil membuka amplop yang ada ditangannya. para siswa seketika hening. Benar-benar memperhatikan kearah kepala sekolah dengan mata penasaran, bahkan ada yang terlihat menunduk dan berdoa.

"Saya akan bacakan dari nomer 5. Peringkat lima, Rafika Nanditya dengan nilai kelulusan 38.50. Dan peringkat keempat, Frenindito Aryo Putra dengan nilai kelulusan 38.75. Harap siswa yang disebutkan naik keatas podium kanan." begitu ucap Kepala Sekolah dan disertai teriakan-teriakan gembira dari para siswa dan tepuk tangan dari para guru.

"Bapak lanjutkan, harap tenang" dan langsung tenang dengan satu kalimat. "Peringkat ketiga. Tolong harap tenang" dengan kening berkerut ,Bapak Kepala Sekolah begitu melihat peringkat berikutnya. "Peringkat ketiga, Flovanda Shafira dengan nila 39.00" dan diikuti wajah-wajah heran dari teman-teman Flo. Flo sendiripun sudah mengira kalau dirinya pasti gak akan lagi dapat peringkat satu. Caca menoleh heran kearah Flo yang sedang berjalan ke depan podium sambil tersenyum seperti biasa diiringi dengan suara rendah riuh disana-sini.

"Ya tolong tenang semuanya. Selanjutnya, peringkat kedua adalah Arifdah Amalia dengan nilai kelulusan 39.25. Dan yang kita tunggu, peringkat pertama. Ramadhani Arkan Gaudi dengan nilai kelulusan 39.50. Beri tepuk tangan kepada para juara kita! Selanjutnya bapak serahkan kepada pembawa acara." setelah membacakan pengumuman, Bapak Kepala Sekolah turun dari podium dan mengikuti arahan dari pembawa acara. Teman-teman di lapangan bertepuk tangan.

Flo masih dengan senyum yang sama saat kembali kebarisannya. Begitu ia melihat kearah Caca, Caca juga sedang melihat kearahnya sambil tersenyum dan mengacungkan jempol walau matanya penuh pertanyaan. Dan Flo menjawab dengan mengangkat bahu. Kemudian Flo melihat kearah barisan Arkan, yang juga ternyata akan sedang melihat kearah Flo lalu tersenyum begitu Flo menatap balik kematanya.  

Makasih, ucap Arkan dengan menggerakan mulutnya tanpa mengeluarkan suara tapi Flo bisa menangkap satu kata itu. Dan bisa dengan cepat membuat Flo mematung.

***
 <<<

"Yul yul, ada Flo gak didalem?" tanya Arkan kepada Yuli, temen sekelas Flo. Arkan juga sempat menengok kedalam kelas tapi gak kelihatan ada tanda-tanda Flo.

"Tadi sih keluar tapi gak tau deh kemana, kenapa emang? Tumben lo kesini." jawab Yuli yang sedikit penasaran karena Arkan datang tiba-tiba setelah lama gak kelihatan bareng lagi sama Flo.

"Loh dari dulu bukannya gue sering ya nyamper Flo?"

"Iya, tapi itu dulu, akhir-akhir sih udah gapernah." sahut Yuli yang makin penasaran. Dilihatnya lawan bicaranya diam dengan pandangan kebawah. "Eh sorry sorry, Kan, bukannya gue bermaksud duh." lanjut Yuli dengan tampang yang salah tingkah.

"Iya iya gak papa Yul, gue balik deh ya, bilang ke dia kalau gue nyariin, oke? Thanks." ucap Arkan sambil tersenyum dan melenggang pergi sebelum ditanya-tanyain lagi.

Flo sama Arkan, setelah kelas 9 semester dua, sudah jarang banget kelihatan jalan bareng. Tepatnya sejak gosip itu beredar. Ya, gosip Flo suka sama Arkan. Gosip itu bikin Arkan marah dan menjauh dari Flo. Dan hampir semua satu angkatan tau tentang itu. Flo dan Arkan jadi jauh. Banyak yang sedih tapi banyak juga yang seneng. Dengan kata lain, cewek-cewek dari yang borju sampe yang kutu buku punya kesempatan ngedeketin Arkan dengan leluasa. Padahal siapa juga yang ngelarang tuh cewek-cewek genit ngedeketin Arkan, itu kata Flo ke Caca beberapa hari yang lalu. Dan yang paling bikin Arkan marah yaa karena gosip itu benar, Flo mengakui itu ke beberapa temannya dan langsung dengan cepat sampai ke telinga Arkan. Jadi besar lah marahnya Arkan.

"Floo! Tadi Arkan nyariin lo kesini nyariin lo." seru Yuli begitu Flo masuk ke kelasnya, dengan suara yang tidak kalah besar sama toa Masjid. Otomatis buat semua anak yang ada di kelas menoleh kearah Flo.

"Oh ya? Kenapa katanya?" dengan mempertahankan ekspresinya sedatar mungkin.

"Gak tau, gue cuma disuruh bilang kalau dia nyariin lo."

"Oh gitu, oke, thank yaa Yul." Masih tetap dengan senyum seperti biasa dan berjalan ke mejanya dengan ekspresi datarnya.

Sesampainya Flo di rumah, langsung mengambil handuk dan peralatan mandinya menuju kamar mandi di kamar mama, karena cuma kamar mandi di kamar mama aja yang ada bathup nya.
Selesai mandi, Flo mengambil posisi santainya, dengan kopi, roti selai kacang, playlist di iPod, novel Sherlock Holmes, dan kursi santai di balkonnya yang menghadap ke taman belakang. Benar-benar sore yang prefect disela-sela waktu menjelang Ujian Nasional.

Tok tok tok

"Flo, Flo, ada temennya tuh dibawah Flo" teriak Kak Fredi, salah satu kakak cowok Flo.

"Iya iya, Kak, sebentar lagi aku turun" jawab Flo. Siapa sih yang ganggu sore indah ini, dumel Flo dalam hati.

Flo dengan kadarnya - kaos oblong biru dongker dan celana lima centi atas lutut yang udah kumel - turun ke ruang tamu, tapi ternyata orangnya gak ada disitu. Begitu Flo tanya Kak Fredi, katanya disuruh keluar gerbang. Dan begitu Flo keluar gerbang, dia lihat motor hitam yang udah gak asing lagi. Plus yang punya lagi ngerokok di joknya.

"Eh, Arkan, tumben, ada apa?" tanya Flo dengan muka penasran yang gak bisa disembunyiin.

"Eh, Flo, sorry sorry bentar" Arkan mematikan rokok dan membuangnya, padahal itu masih ada setengah. Dan Flo tau persis kalau Arkan anti mematikan rokok yang belum habis. Tapi, lain urusannya kalau dia lagi sama Flo.

"Flo, naik sini, kita ngobrol diluar aja, gak enak ngobrol disini." Arkan menepuk-nepuk jok belakang seraya mengajak Flo naik ke motornya.

"Hah? Mau kemana? Aku pakai kayak gini gak apa-apa?"

"Gak apa-apa, deket kok, kedai depan komplek lo aja." Arkan menyalakan motor dan langsung Flo naik keatas motor dengan kaku. Ya sekali lagi, kaku. Setelah setengah tahun lebih, baru kali ini dia naik motor kesayangan pemiliknya ini.

"Mas, Frappucino satu sama Chocolate Macchiato satu ya." ujar Arkan dengan hafalnya lalu mengambil tempat duduk dipaling pojok dekat jendela.

"Masih hafal yaa haha. By the way ada apa?" Flo membuka pembicaraan begitu dia sadar kalau dari tadi mereka cuma diem-dieman kayak abege-abege pedekate.

"Gue ganggu ya pasti? Sorry nih sebelumnya, tapi ini penting banget buat masa depan gue, Flo." ucap Arkan dengan tampang serius dan mata menatap persis ke manik mata Flo. Bikin yang ditatap jadi nervous setengah mati. Dan yang ditanya hanya mengangkat alis tanda si lawan bicaranya harus terus melanjutkan pembicaraannya.

"Gue mau minta tolong lo nih, Flo. Tolong bangettt ajarin gue, Flo. Gue mau belajar tapi susah banget deh rasanya. Pasti setiap gue mau belajar ada aja halangannya. Entah temen ngajak jalan lah, ibu gue gapercaya gue beneran belajar jadi doi marah-marah mulu lah alhasil karena gue pusing yaa gue main aja keluar rumah. Pokoknya gue selalu gak jadi belajar Flo. Duh." cerocos Arkan panjang lebar, tanpa henti dan jeda, benar-benar diri seorang Arkan kalau lagi kesusahan dan panik.

"Err tenang-tenang, Kan, minum dulu tuh minum." Flo menjawab sambil mengambil Frappucino nya. Padahal Arkan yang ngomong panjangn tapi kenapa malah Flo yang ngerasa haus, itu yang dirasakan Flo. Dia haus. Haus banget.

"Gimana bisa tenang? Ujian Nasional 1 bulan lagi dan gue belum belajar apa-apa. Sip ganteng banget deh gue." lanjut Arkan sambil mengacak-acak rambutnya. Kelihatan bener-bener stress. "Lo mau ajarin gue kan Flo? Belajar bareng gue, please?" muka Arkan kembali memelas.

"Hahahaha anjrit Kan! Hahaha muka lo woy paraaah! Hahaha iyaiya aku mau" begitu tawanya berhenti.

"Yes! Thankyou banget Flo! Ah lo debes deh!" Kali ini Arkan memperlihatkan cengiran khasnya dan mengacungkan kedua jempolnya. "Jadi kita bisa mulai kapan nih? Besok?" tanya Arkan dengan semangatnya.

"Terserah lo, kapanpun asal jangan Selasa-Rabu-Kamis, hehe"

"Woelaah yaa trus kapan dong neng? Duh makin dikit aja hari gue belajar" timpal Arkan dengan nada yang kesal. Dan kali ini dia tambah terlihat bener-bener stress. Tapi, tetep cool.

"Selasa-Rabu-Kamis aku bisanya diatas jam 7. Jam segitu aja biasanya baru sampai rumah, abis les, belum mandi, makan dan segala macemnya. Kalau selain itu bebas deh terserah lo" jawab Flo sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Yaudah gini aja, Senin-Jumat mulai jam 7, kalau Sabtu-Minggu mulai jam 3, gimana? Hehe privat abis nih gue sama lo." Dengan seenaknya ngatur waktu orang. Tapi, Flo bisa apa? Dia malah ngangguk setuju. Padahal seumur hidupnya, Flo paling kesel sama orang yang suka bikin schedule sama dia seenak jidat, kayak Arkan gini deh contohnya.

"Yes! Thankyou sangat banget nih Flo! Tiap hari gue bawain lo es krim deh hehe. Suwer!" Dengan jari membentuk huruf V dan muka yang dibikin jahil. Persis kayak mereka dulu. Di Kedai Coklat,  bangku pojok dekat jendela, bersama Frappucino kesukaan Flo dan Chocolate Macchiato kegemaran Arkan, mereka kembali lagi tertawa seperti dulu. Dan suasana udah gak se-awk beberapa menit yang lalu.

Yang ku tahu kau selalu sejukkan hatiku
Yang ku tahu kau selalu ada disaatku membutuhkanmu
Kau selalu ada
Disaat ku rapuh
Aku Percaya Kamu - D'Massiv

***

H-2 Ujian Nasional ...

"Aduh, Flo, gimana nih? Panik banget gue!" keluh Arkan yang gak berhenti-berhenti ngedumel dari tadi pagi. Flo dan Arkan lagi di balkon kamar Flo, mereka abis me-review ulang pelajaran bahasa indonesia yang udah mereka pelajarin.

"Renang yuk? Nyuci otak biar gak kepanasan haha. Otak kamu udah beruap tuh om." ucap Flo sambil nahan ketawa ngeliat ekspresi wajah Arkan.

"Duh nanti ah, ini gue masih belum yakin, Flo. Takut banget deh gue. Gila baru seuumur hidup nih gue bener-bener mikirin nilai gue." Sambil berdiri dan ngulet.

"Udah deh kamu tuh udah mantep tau, buat ukuran yang sistem kebut haha."

"Tetep aja gue gak pede banget."

"Oke, gimana kalau kita taruhan?" tantang Flo dengan gaya sok premannya. Dia punya satu ide, tantang Arkan, biar dia pede dan makin bersemangat. Itu. Flo tau taktik itu. Selalu tau.

"Wes hahaha tau aja lo yang bikin gue beradrenalin hahaha." Arkan dengan gaya yang ikut-ikutan sok preman, kedua tangan dilipat didepan dada. "Boleh, apa tantangannya?"

"Siapa yang kalah nilainya, harus traktir apapun yang diminta, gimana?" tantang Flo dengan mantep.

"Dih males banget. Jangan itu ah, gak menantang. Hmm...." Tangan kanannya didagu, kayak orang lagi mikir, dan pasti lagi mikirin yang jahil deh nih anak, ucap Flo dalam hati.

"Yang kalah nilainya, harus ngikutin apa yang dimauin sama yang menang, tapi tetep dalam hal positif kok. Gimana?" Alis sebelah kirinya terangkat, mukanya makin muka jahil, dan pasti siapapun fansnya dia pasti langsung klepek-klepek lihat pemandangan ini.

Ragu-ragu Flo menjawab, "Oke setuju!" Dan sah lah taruhan mereka ini. Dengan senyum yang merekah dikedua insan ini. Dalam hati mereka sama-sama berbunga. Bunga yang seharusnya mereka sadari sejak lama. Bunga yang masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Bunga yang dipaksa diredam oleh keduanya.

***
>>>

"Woy, Flo! Bengong aja lo! Kesambet ntar." Sikut Bobby yang baris disampingnya. "Udah dapet peringkat 3 jugaan, masih aja bengong haha, gak apa-apa sekali-sekali gak dapet 1 mulu." ledek Bobby yang seolah-olah bisa membaca pikiran Flo.

"Hahaha apasih By. Iya, bersyukur banget ini udah lebih dari target malah. Mau nerusin kemana?"

"Gue udah diterima di SMA Indonesia 1 nih hehehe, Flo?" jawab Bobby sambil membusungkan dada. Siapa yang gak bangga keterima di SMA paling ngetop dan unggul di Indonesia?

"Waahh keren abiss! Hmm mau coba daftar SMA Jakarta 1 hehe, disitu jalur keluar negerinya kan banyak hehe." balas Flo sambil meninju lengan kirinya Bobby.

"Semoga diterima yaa! By the way, Caca mau nerusin kemana tuh? Nem dia berapa, Flo?"

"Pengen coba daftar bareng aku, 36.10, yaa semoga aja nilai tes nya tinggi jadi bisa keterima ya. Kenapa, By? Masih naksir nih?" Kali ini ganti Flo yang meledek Bobby dengan menyikutnya berkali-kali. Dan yang disikut cuma cengar-cengir dan gak berusaha ngelak sampai upacara pun berakhir dan anak-anak kembali mengobrol dan teriak sana-sini.

"Aku duluan yaa, By! Sampai ketemu di prom! Hehe" Flo mengajak untuk tos.

"Oke! Salam buat Caca yaa hehehehe." balas Bobby dan diikuti tawa keduanya.

"Floo, Cacaa!" Teriak Arkan dari jauh sambil merentangkan tangannya. Dan yang dipanggil nyengir dan menghambur kepelukan Arkan.

"Kita lulus, yess!" Teriak Caca dan diikuti jingkrak-jingkrakan di lapangan dengan posisi yang masih didalam pelukan Arkan.

"Gila, Kan! Lo makan apaan nilai bisa melejit gitu? Pake pelet lo ya?" Tanya heran Caca begitu mereka selesai berpelukan. Flo hanya tertawa-tawa dan dibalas senyum sumringah di wajah Arkan.

"Gue diajarin Si Master lah, siapa lagi yegak" Arkan merangkul Flo sambil mengangkat kedua alisnya tanda ingin disetujui oleh Flo.

"OHH! Dasar yaa kalian gak bilang-bilang kalau mau pake pelet bareng hahaha." Tawa mereka bertiga pun pecah.

"Jadi, Flo, lo kalah, lo ingetkan perjanjiannya?" Tetap dengan gaya sok premannya saat di rumah Flo.

"Iya iya inget, kamu mau apa sih, Kan, apa?"

"Apa sih yang enggak buat Arkaaaan." Ledek Caca sambil memainkan mimik wajahnya yang cantik itu, membuat tawa mereka pecah lagi.

"Pokoknya ntar malem, lo gue jemput ya, jam 7 teng harus udah rapi, oke? Dahh!" Ucap Arkan setelah tawanya selesai dan langsung pergi gitu aja.

"Cieee yang ntar malem mau ngedate! Uhuuyy!" Teriak ala Caca. Bener-bener bikin ilfeel dan kalau kata anak-anak sih yaa, "Untung cantik".

***

Pukul 7 kurang 15 menit, Flo sudah rapi dan sudah menunggu di depan terasnya. Malam ini Flo tampak mempesona, walau sebenarnya gayanya sangat lah simple. Kaos hijau dengan rompi jins you can see dan dipadukan dengan celana jins tiga perempat. Lalu Flo memakai topi ala orang film warna hijau tua dan sepatu convers biru tuanya. Dengan kacamata yang selalu menempel dan rambut sebahunya yang abis di blow. Benar-benar simple yang sangat mempesona.

"Hoii, Kan!" Sapa Flo dengan senyum yang gak bisa dia tahan. Arkan terlihat mematung sesaat setelah Flo menyapanya. Cantik yang simple tapi pake banget, ucap Arkan dalam hati.

"Eh, ayo, Flo, naik! Gue tau tempat yang pas banget deh buat refreshing kita." ucap Arkan sambil bersiap melajukan motornya. Sepanjang jalan, Arkan memikirkan rencananya. Mungkin ini rencana yang akan mengubah suasana ini, mengubah hubungan ia dan Flo (lagi), tapi ia harus melakukannya, biar persahabatan mereka gak tercoreng namanya. Itu.

"Gimana? Keren gak nih tempat?" Begitu sampai di tempatnya. Flo benar-benar terpesona sama tempat yang Arkan tuju ini. Diatas puncak gedung tinggi yang bisa dimasuki oleh motor. Pemandangan Jakarta pada malam hari begitu memanjakan mata. Kerlap-kerlip lampu dan suara klakson yang makin memperindah dan menunjukkan bahwa ini sangatlah Jakarta.

"Keren. Abis. Banget. Super." Jawab Flo dengan mata tetap menatap pemandangan didepan matanya.

"Nih, Flo, duduk sini. Gila ada yang jual jagung bakar yekan kayak di puncak banget deh." Ajak Arkan setelah memesan 2 buah jagung bakar pedas.

"Kamu tau tempat kayak gini darimana? Keren banget deh!" Tanya Flo yang menggebu-gebu.

"Dari Clara."

Hening seketika.

"Flo? Lo gak apa-apa?"

"Aku gak salah dengerkan ya? Clara? Clara Azaya? Temen les aku itu?" tuntut Flo saking kagetnya. Bola matanya terlihat benar-benar membesar. 

"Iya, Flo, Clara itu hehe. Gue lagi pedekate nih sama doi...." Oke lanjutin, Kan, jangan setengah-setengah, rencana dimulai, kukuh Arkan dalam hati.

"Jadi, yagitu Flo, gue bingung banget nih gimana caranya ngedeketin dia lagi. Sekarang lagi lost abis." Lanjut Arkan yang masih menunggu reaksi Flo. Sebenarnya, bukannya Arkan gak peka, tapi males aja buat nanggepinnya. Secara, misi yang lagi dia lakuin yaa supaya persahabatn mereka gak tercoreng dan hatinya tetap pada tempatnya.

"Hahaha parah ya kamu kenapa gak cerita ke aku? Yaampun kenapa aku baru sadar juga ya kalau kalian udah deket, secara Clara kemarin-kemarin nanyain kamu gitu, yaa aku bingung aja kalian kenal dimana." Sahut Flo begitu sadar dari lamunannya.

"Soalnya mau ujian hehe jadi yaa takut aja malah kepikirannya kesitu, mangkanya gue belum cerita-cerita. Bantuin gue dooong, Flo. Frustasi gue ngedeketinnya." Sambil memberika jagung ke Flo.

"Dia nanya-nanyain kamu kemarin-kemarin, nanya kamu lagi sibuk apa trus lagi deket sama siapa, yaa gitu lah. Bukannya gampang ya ngedeketin doi? Kan tipe kamu banget tuh dia." Masih dengan poker facenya seperti biasa, yang tertarik sama cerita-cerita orang, apapun dan siapapun.

"Akhirnya berdampak juga pedekate gue. Iya sih, tapi doi terlalu jual mahal banget deh, parah. Gak suka gue. Tapi tanggung kalau gak diterusin hehe lumayan gila" Cengiran mulai muncul diwajah Arkan dan matanya seolah-olah seperti membayangkan wajah Clara. Cantik, putih, hidung mancung, tinggi, kaki jenjang, kemana-mana gapernah pakai celana yang panjangnya semata kaki. Fisiknya oke banget deh pokoknya.

"Aku punya ide gimana move kamu selanjutnya!" Dengan jagungnya dijadiin semcam bohlam kayak di kartun-kartun.

"Apa apa apa?" Tanya Arkan yang sangat bersemangat.

"Kamu tau rumahnya? Besok kamu datengin rumahnya, bawa mawar atau bunga apapun yang warnanya kuning, trus kamu ajak candle light dinner, yaa tiba-tiba gitu, doi suka banget yang namanya kejutan romantis pasaran gitu deh." Tutur Flo dengan muka sok jijik. Bukan sok jijik, tapi emang beneran jijik. Karena Flo paling gak suka romantis pasaran kayak gitu, semacam bunga, dinner-dinner gitu, coklat atau apapun yang letoy-letoy gitu. Paling gak suka, dan Arkan tau persis itu. Bahkan semua teman dekatnya tau persis.

"Gak mau ah ntar lo katain cara letoy lagi..." Ucap Arkan yang antara meledek dan memelas.

"Iyalah! Hahaha! Tapi, serius, itu bakalan ampuh banget, dia bakalan langsung luluh sama kamu dalam 3 detik hahaha." Tawa Flo keluar. Tawa lepas pertama yang Flo keluarkan malam ini. Dan Arkan tersenyum dalam hati saat melihatnya.

"Hahaha okee! Gue pake cara lo deh! Yes, ntar langsung gue tembak deh pulangnya"

"Jangan! Kamu jangan tembak malam itu. Bikin dia ngenang kamu dulu, seminggu atau dua minggu kemudian baru kamu tembak, tapi dengan taraf kamu harus ke rumahnya minimal 2 hari sekali lah, biar doi makin jatuh hati. Halah matek amat ye omonganku." Cerocos Flo dengan otaknya. Sekarang, ia benar-benar tidak memikirkan hatinya lagi. Otak harus berperan penting dalam hal ini. Persahabatan yang dipertaruhkan disini.

"Mantaaap! Keren abis deh lo, Flo! Hahaha" Rangkul Arkan sambil memakan jagungnya yang tinggal sedikit.

"Iya lah Flovandaa!" Sambil menepuk-nepuk dadanya alih-alih membanggakan dirinya.

Sekarang, Flo sadar, dan benar-benar sadar. Bahwa ini saatnya ia harus pergi (lagi). Ia kembali 'diusir' Arkan dari hidupnya. Arkan punya pacar. Adalah tanda Flo untuk menjauh. Bukannya Arkan menyuruh atau para pacarnya dahulu sangat protektif, tapi Flo cuma gak mau kejadian yang sama terjadi lagi. Dimana Arkan berantem serius dengan pacarnya karena Flo. Yaa kalian mengerti lah gimana cewek kalau cowoknya punya teman dekat cewek. Dan mereka putus. Karena Flo. Tapi Arkan gak marah sama Flo, malah dia marah sama ceweknya karena tidak bisa ngerti hubungan mereka. Karena itu, mulai hari itu, Flo memutuskan untuk mundur salama Arkan punya pacar. Dan sekarang Arkan dengan jelas ingin melakukannya (lagi). Menjauh dari Flo. Rencana yang benar-benar sudah bisa diduga oleh Flo. Arkan takut persahabatannya tercoreng (lagi) karena perasaan Flo. Sebuah rencana yang benar-benar bagus. Untuk kedua belah pihak. Walau yang satu sadar bahwa ia sakit, dan yang satu lagi tidak sadar bahwa sebenarnya ia juga sakit.

Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik
Untuk masa depan
Sheila On 7 - Kisah Klasik

Selesai :)