Tulisan mengabadikan semuanya.
Tulisan membuat kenangan tetap hidup dalam waktu. Ia membuatmu tetap ada disana, tidak beranjak pergi.
Tulisan membekukan setiap moment yang ada agar tidak berlalu. Agar kita dapat merasakan kembali masa-masa itu.
Tulisan mengajarkan masa depan untuk tetap berjuang karena masa lalu yang ada. Mengajarkan kita agar terus bangkit dan tidak meratapi masa lalu.
Tulisan bagiku...
Membuatku bisa melihatmu (lagi). Membuatku bisa menyentuhmu (lagi). Membuatku bisamenjamahmu (lagi). Dan tulisan bisa membuatku bisa merasa memilikimu (lagi).
Iya, itu kenapa aku terus menulis.
Terima kasih telah mengizinkanku mengabadikanmu dalam tulisanku.
Terima kasih juga telah mengabadikanku dalam tulisanmu.
***
23.36 - 9 Desember 2015
Kamis, 10 Desember 2015
Rabu, 09 Desember 2015
Perempuan Itu dan Lelakinya
Perempuan itu duduk di sudut ruangan. Menerawang jauh
keluar jendela sambil sesekali menyesap kopi hitamnya yang sudah mulai
mendingin. Hujan rintik diluar semakin memperkuat mendung yang diciptakan oleh
mata dan raut wajahnya. Novel biru muda dihadapannya tidak tersentuh sejak ia
mendudukan diri di kursi itu. Begitu pula nasib chocolate cake, cappucino, dan
muffin yang ada dihadapannya. Sepertinya...
Lelaki itu tidak datang, lagi.
Spot yang perempuan itu tempati, biasanya ditempati oleh
dua orang, perempuan itu dan lelakinya. Lelaki itu. Entah sudah berapa hari,
eh, bahkan minggu? Atau bulan, ya? Lelaki itu tidak lagi datang bersama
perempuan itu. Perempuan itu biasa datang tiga hari sekali, pukul 4 sore, dengan
satu novel ditangan kiri dan tangan kanan menggenggam tangan lelaki itu.
Biasanya... Tidak lagi untuk akhir-akhir ini. Tetapi, perempuan itu tetap setia
datang dan menunggu hingga jarum jam menunjukkan pukul 7, yang biasanya, lelaki
itu akan tersenyum dan merayu perempuan itu untuk pulang dan beristirahat
karena hari esok telah menunggu.
Perempuan itu masih memesan pesanan yang sama dan
sepertinya akan selalu sama. Satu kopi hitam dan chocolate cake untuknya, satu
cappucino dan muffin untuk lelakinya. Walau ia tau lelakinya tidak akan datang.
Atau mungkin tidak akan pernah datang lagi? Perempuan itu melipat tangan dan memejamkan
mata. Setitik air turun dari pucuk matanya yang indah. Lagi-lagi, perempuan itu
menangis disela doanya. Pilu. Satu kata yang bisa mendeskripsikan wajah dan
suasana bila melihat perempuan itu. Tetapi, perempuan itu tidak menyerah. Sepertinya,
memang tidak akan pernah menyerah untuk terus menunggu dan menunggu. Untuk terus
berharap dan berharap. Untuk terus berdoa dan berdoa. Perempuan itu telah
melakukannya dan perempuan itu membuktikan bahwa kesetiaan memang nyata. Perempuan
itu akan terus duduk dan menunggu lelakinya datang dan menggenggam tangannya untuk kembali pulang. Dan pada akhir menjelang pukul 7, setelah usai
dari doa singkatnya, perempuan itu selalu mengambil tisu dan menuliskan sebuah
pesan yang ia selipkan diantara cangkir capucino yang telah dingin dengan meja.
Dan pesan itu selalu berisi dan akan terus berisi:
Aku
disini. Dan akan selalu disini. Cepatlah pulang dan genggam tanganku. Lagi.
***
23.21 – 7 Desember
2015
Selamat tanggal tujuh :’)
Langganan:
Postingan (Atom)