Sabtu, 02 Mei 2015

Yang Tidak Gue Ceritakan; Evan

Evan

Yang tidak gue ceritakan kepada Lona:

Gue sebenarnya suka sekali makan petai. Tapi, dia taunya gue enggak suka karena selalu nolak kalau ditawari sama Mama Ina (Mamanya Lona). Kenapa? Karena gue tau banget Lona enggak suka petai. Kalau kata Lona, "Lo harus jauh-jauh dari gue kalau mau makan petai.". Iya, dia memang sesadis itu.

Gue masih menyimpan hadiah pertama yang dia kasih ke gue, yaitu pensil inul. Iya, pensil jaman SD yang panjang dan super lentur itu. Waktu kami duduk dibangku SD kelas 5, Lona bilang kalau dia suka banget sama pensil itu karena unik, dia sengaja ngasih pensil inul itu ke gue karena gue bukan orang yang teledor menyimpan barang, enggak kayak dia. Sebenarnya, gue enggak yakin dia ingat kejadian dan pensil inul ini. Tapi, kalau dia tau gue masih menyimpan barang sakral itu, gue bisa-bisa jadi bahan lawakannya dia selama 2 minggu.

Lona itu cantik. Dia enggak pernah sadar itu. Dia terlalu minder sama orang-orang disekitarnya. Karena itu kenapa dia lebih memilih gaya tomboi. Gue memang suka dia apa adanya dan nyamannya aja, tapi gue lebih suka kalau dia mau menunjukkan sisi kecantikannya dengan berdandan lebih feminim seperti perempuan pada umumnya. Dan tentu saja, ini enggak akan pernah gue ceritakan ke Lona. Hem, oke, mungkin suatu hari nanti.

Gue sering diam-diam memerhatikan dia. Cara dia berpakaian, cara dia berbicara, cara dia tersenyum, cara dia tertawa sampai cara dia menangis. Dia selalu bisa membuat gue untuk terus mengalihkan pandangan gue ke dia. Entah karena gue sama dia memang sudah dekat banget atau memang dia mengeluarkan gaya magnet tersendiri buat menarik kutub enggak berdosa kayak gue ini, hahaha.

Gue merasa dia punya perasaan lebih ke gue. Atau mungkin gue yang kepedean? Tapi, biasanya firasat seorang Evandika Putranto tidak pernah salah. Hem, setelah gue pikir-pikir, gawat juga kalau dia punya rasa lebih ke gue. Bukan, bukan karena gue enggak punya rasa lebih ke dia. Karena gue takut semua yang udah kita punya, hilang gitu aja karena rasa itu. Gue bukan orang yang pede buat pacaran serius. Nah, bahaya kan kalau gue sama dia pacaran. Tapi, bukan berarti gue enggak akan serius sama dia. Ada waktunya, tapi enggak sekarang.

Cukup jelas kan rasa gue ke dia?

***
22.02 - 2 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar