Kamis, 23 November 2023

Tamparan Satu Hari

Disclaimer dulu, tulisan ini dibuat dengan kondisi baru tidur tiga jam per hari selama dua hari berturut-turut. Harap maklum.

HEHEHE.

Hello again, world! Enggak tau dapat angin dari mana, jadi suka blogging lagi, even cuma baca-baca blog orang atau baca ulang tulisan sendiri yang dulu-dulu pun draft alias tulisan tidak layak tayang WKWKWK.

Ada satu moment dimana gue mempertanyakan kepada diri sendiri, kenapa gue idealis banget? Kenapa gue keras kepala? Kenapa juga gue bisa gampang all out on everything? Dan sadar banyak hal tidak penting dari all out nya gue.

Hari ini pertanyaan itu terjawab. Orang tua berperan sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Gue percaya, di mana seorang anak dibesarkan, di situ pula ia akan terbentuk. Mungkin lebih tepatnya the closest relationship, bisa dari orang tua, bisa dari kakek nenek, atau siapa pun itu. 

Hari ini mereka menunjukan (lagi) bahwa berbagi tidak akan pernah membuat kita merasa "haus" dan "miskin". Mereka menunjukan ke gue bahwa percaya dan bertanggungjawab sama setiap pilihan yang sudah diambil. Pagi-pagi gue udah pusing karena workshop belum dimulai karena peserta belum ada yang datang sama sekali padahal sudah lebih lima menit dari jam di jadwal. Ini super jarang banget terjadi, 1/1000? Gue tanya ke papa kenapa belum pada datang, kalian tau jawaban papa apa?

"Mungkin macet. Gurunya juga belum ada konfirmasi dari kemarin, sih."

Kalau ini event gue, pasti langsung gue bawelin PIC, humas, or apapun itu. Gue tanya kenapa enggak dichat dan jawabannya bikin gue makin naik pitam (of course cuma dipendem sendiri).

"Enggak usah, biarin aja. Toh minggu lalu kepala sekolahnya langsung yang bilang, kok. Mereka enggak mungkin tiba-tiba cancel, kan?"

"Toh kalaupun beneran tiba-tiba enggak jadi, yaa engga apa-apa. Bagus, kita jadi ada waktu buat packing."

Gimana perasaan lo mendengar itu semua dengan segala hal yang udah lo lihat dan lo kerjakan buat mempersiapkan itu semua? Gimana rasanya mendengar beliau ngomong dengan sesantai itu di saat lo tau kalau workshop hari ini adalah non-profit? Iya, lo akan rugi jauh lebih banyak, dalam semua hal.

Otak gue langsung bercabang. Kalau iya cancel dadakan, betul bisa packing dan santai buat jadwal kereta sore. Nah, gimana kalau ternyata mereka telat yang telat banget gitu? Mundur satu jam sama dengan mundur juga jadwal sore kami alias enggak bisa, dong? Tiket bisa hangus dan jadwal besok sampai lusa bisa kacau. Pada akhirnya, mereka datang di menit ke-30 dari jam seharusnya. Gue kira, gue akan dengan gampangnya pasang muka sebal, tapi ternyata enggak juga. Hati gue langsung hangat begitu melihat beliau sebegitu-passionate-nya ngajar anak-anak SMA ini, tanpa adanya perbedaan antara profit dan nono-profit. Gue sadar, pola pikir gue sudah banyak banget berubah dan gue merasa bersalah.




Setiap hal yang beliau lakukan super all out. Beliau menunjukan kembali action dari tanggungjawab terhadap pilihan yang sudah diambil. Waktu itu salah satu sahabat gue bilang, "Kalau udah terlanjur basah, yaa nyebur aja sekalian. Jangan cuma kepet-kepet kaki doang." Syukurnya, gue selalu dikelilingin orang-orang yang sejalan dengan apa yang ditanamkan di diri gue dari kecil. Mungkin ada beberapa yang tidak, tapi masih bisa didiskusikan dan tetap pada tujuan dan frekuensi yang sama.

Dulu pernah ada yang "nyepelein" kenapa gue mau terus-terusan ikut acara sosial (alias sosmas, salah satu bidang saat organisasi di kampus), kenapa gue enggak ambil bidang lain selain sosmas? Kalau ini gue yang dulu, gue akan dengan gampangnya bilang bahwa ini panggilan jiwa karena semua hal baik akan kembali dengan baik. Tapi gue yang sekarang enggak akan dengan mudahnya mengatakan hal yang sama. Gue yang sekarang akan penuh dengan perhitungan-perhitungan yang -menurut gue- lebih realistis. Iya, gue berbicara uang di sini. Sepertinya, gue hari ini kembali diingatkan Tuhan. Realistis memang harus, tapi jangan sampai lupa dengan misi kebaikan lainnya. Walau gue enggak tau akan punya semua pemikiran ini sampai kapan. Syukur-syukur sampai lima tahun ke depan, atau lebih baik lagi sampai gue bisa seumur orang tua gue?

Udah lama banget gue enggak pernah dengar tentang berbagi dan menyebar banyak kebaikan dari mulut orang tua langsung. Hari ini gue mendengar dan melihat itu semua, lagi.


Sekali lagi, gue menulis ini dengan kondisi badan dua hari cuma tidur total 6 jam. Kalau beberapa hari ke depan kalian tidak melihat tulisan ini lagi, berarti sebenarnya tulisan ini tidak layak tayang versi gue, alias enggak jelas anjir ini gue ngetik apa?

See you, world!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar