Sabtu, 20 Desember 2014

She Will Be Loved; Point of View from A Boy.







Kamu tahu? Pelangi selalu lebih indah disaat yang tepat, yaitu setelah hujan, tetapi kamu, tidak perlu waktu yang tepat untuk terlihat lebih indah. Aku selalu suka dengan dirimu yang selalu tertawa renyah, dengan dirimu yang selalu mengeluarkan binar indah dari mata coklatmu, aku juga suka dengan dirimu yang selalu saja ceroboh, dengan dirimu yang selalu bermasalah dengan makhluk yang bernama laki-laki–untung tidak termasuk aku ya-, dengan dirimu yang selalu menangis karena para laki-laki itu telah mematahkan hatimu (selalu). Kamu selalu berkata bahwa semua laki-laki sama saja, tetapi apakah pada saat kamu berkata seperti itu, kamu tidak melihat aku? Atau lebih tepatnya, kamu tidak memikirkan aku? Aku disini. Aku ada didepanmu. Aku selalu ada disampingmu dan selalu siap untuk menolongmu, membantumu disetiap jatuhmu, menghiburmu disetiap tangismu, menggenggam tanganmu disetiap lemahmu. Walau kamu, selalu saja dimiliki oleh laki-laki disetiap belahan dunia, kecuali aku.








Terkadang, aku ingin pergi, kemanapun asal bukan kepadamu. Aku rela berkendara ribuan kilometer, jika itu akan membawaku jauh dari dirimu. Aku mau saja mengarungi lautan, jika itu syarat agar bisa melupakanmu. Aku bisa menelan bergelas-gelas wine, kalau memang itu satu-satunya cara mengenyahkanmu dari pikiranku. Apapun akan aku lakukan agar tidak kembali kepadamu. Tetapi, aku tidak bisa. Kemanapun aku pergi, sejauh apapun aku berkendara, sebanyak apapun aku minum wine, semuanya, akan selalu bermuara kepada dirimu. Tetap saja aku mendatangimu. Mengetuk rumahmu di pagi hari, melihatmu membukakan pintu dengan uapan kantuk dari mulutmu, lalu kamu menyuruhku duduk dan kamu bergegas mencuci muka, dan aku menyalakan tv sembari menunggumu. Rutinitas pagi kita yang sederhana. Bahkan masih banyak lagi rutinitas-rutinitas kita yang sangat aku syukuri karena faktanya, kamu lebih banyak menghabiskan waktumu dengan aku, daripada dengan para laki-lakimu itu. Walau terkadang, aku ingin lebih, seperti mereka. Mereka yang spesial bagimu, walau kamu selalu berkata dengan dagu angkuhmu itu bahwa aku spesial dan beruntung karena kamu selalu memilih dan menjadikan aku sebagai pemberhentianmu. Ya, aku hanya berharap arti ‘pemberhentian’-mu itu sama dengan arti ‘pemberhentian’ milikku.









Kamu selalu mengatakan bahwa kita akan selalu berteman seperti ini. Kamu tau apa yang ada dipikiranku? Rasanya aku ingin mengambil Kamus Besar Bahasa Indonesia dan menukar arti kata teman dengan arti kata pacar. Kamu mengajakku untuk naik ke pohon mangga di taman komplekmu. Kamu membawaku ke Pasar Senen untuk berburu buku tua. Kamu menyeretku ketengah-tengah hujan dan berputar-putar disana. Kamu selalu meminta kita bepergian dan bermain hal-hal konyol yang sangat bukan kamu dan bukan dirimu yang para laki-laki itu tau.

Tetapi, aku selalu suka, saat kamu bersamaku, karena pada saat itu, aku melihat dirimu yang benar-benar kamu. Dirimu yang aku tau, bukan yang para laki-laki itu tau. Aku selalu berkata kepadamu untuk menjadi diri sendiri kepada semua orang, tidak hanya kepadaku, tetapi kamu selalu membantah dengan perkataan bahwa menjadi diri sendiri akan muncul ketika kenyamananpun muncul, dan kamu berkata lagi bahwa kenyamanan muncul hanya kepada orang-orang yang pantas. Sampai saat ini, aku tidak mengerti arti kata ‘pantas’ seperti aku tidak mengerti akan arti kata ‘pemberhentian’ bagimu. Pada akhirnya, aku hanya bisa berdoa, bahwa suatu saat nanti, kamu pasti melihatku dan jatuh cinta kepadaku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar