Kamu tahu? Pelangi selalu lebih indah disaat yang tepat,
yaitu setelah hujan, tetapi kamu, tidak perlu waktu yang tepat untuk terlihat
lebih indah. Aku selalu suka dengan dirimu yang selalu tertawa renyah, dengan
dirimu yang selalu mengeluarkan binar indah dari mata coklatmu, aku juga suka
dengan dirimu yang selalu saja ceroboh, dengan dirimu yang selalu bermasalah
dengan makhluk yang bernama laki-laki–untung tidak termasuk aku ya-, dengan
dirimu yang selalu menangis karena para laki-laki itu telah mematahkan hatimu
(selalu). Kamu selalu berkata bahwa semua laki-laki sama saja, tetapi apakah
pada saat kamu berkata seperti itu, kamu tidak melihat aku? Atau lebih
tepatnya, kamu tidak memikirkan aku? Aku disini. Aku ada didepanmu. Aku selalu
ada disampingmu dan selalu siap untuk menolongmu, membantumu disetiap jatuhmu, menghiburmu
disetiap tangismu, menggenggam tanganmu disetiap lemahmu. Walau kamu, selalu
saja dimiliki oleh laki-laki disetiap belahan dunia, kecuali aku.
Terkadang, aku ingin pergi, kemanapun asal bukan
kepadamu. Aku rela berkendara ribuan kilometer, jika itu akan membawaku jauh
dari dirimu. Aku mau saja mengarungi lautan, jika itu syarat agar bisa
melupakanmu. Aku bisa menelan bergelas-gelas wine, kalau memang itu
satu-satunya cara mengenyahkanmu dari pikiranku. Apapun akan aku lakukan agar
tidak kembali kepadamu. Tetapi, aku tidak bisa. Kemanapun aku pergi, sejauh
apapun aku berkendara, sebanyak apapun aku minum wine, semuanya, akan selalu
bermuara kepada dirimu. Tetap saja aku mendatangimu. Mengetuk rumahmu di pagi
hari, melihatmu membukakan pintu dengan uapan kantuk dari mulutmu, lalu kamu menyuruhku duduk dan kamu bergegas mencuci muka, dan aku menyalakan tv sembari
menunggumu. Rutinitas pagi kita yang sederhana. Bahkan masih banyak lagi
rutinitas-rutinitas kita yang sangat aku syukuri karena faktanya, kamu lebih
banyak menghabiskan waktumu dengan aku, daripada dengan para laki-lakimu itu. Walau
terkadang, aku ingin lebih, seperti mereka. Mereka yang spesial bagimu, walau
kamu selalu berkata dengan dagu angkuhmu itu bahwa aku spesial dan beruntung
karena kamu selalu memilih dan menjadikan aku sebagai pemberhentianmu. Ya, aku
hanya berharap arti ‘pemberhentian’-mu itu sama dengan arti ‘pemberhentian’
milikku.
Kamu selalu mengatakan bahwa kita akan selalu berteman
seperti ini. Kamu tau apa yang ada dipikiranku? Rasanya aku ingin mengambil
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan menukar arti kata teman dengan arti kata pacar.
Kamu mengajakku untuk naik ke pohon mangga di taman komplekmu. Kamu membawaku
ke Pasar Senen untuk berburu buku tua. Kamu menyeretku ketengah-tengah hujan
dan berputar-putar disana. Kamu selalu meminta kita bepergian dan bermain
hal-hal konyol yang sangat bukan kamu dan bukan dirimu yang para laki-laki itu tau.
Tetapi, aku selalu suka,
saat kamu bersamaku, karena pada saat itu, aku melihat dirimu yang benar-benar
kamu. Dirimu yang aku tau, bukan yang para laki-laki itu tau. Aku selalu
berkata kepadamu untuk menjadi diri sendiri kepada semua orang, tidak hanya
kepadaku, tetapi kamu selalu membantah dengan perkataan bahwa menjadi diri
sendiri akan muncul ketika kenyamananpun muncul, dan kamu berkata lagi bahwa
kenyamanan muncul hanya kepada orang-orang yang pantas. Sampai saat ini, aku
tidak mengerti arti kata ‘pantas’ seperti aku tidak mengerti akan arti kata ‘pemberhentian’
bagimu. Pada akhirnya, aku hanya bisa berdoa, bahwa suatu saat nanti, kamu pasti
melihatku dan jatuh cinta kepadaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar