Novel Rindu yang Membawamu Pulang
Judul:
Rindu yang Membawamu Pulang
Penulis:
Ario Sasongko
Penerbit:
Gagasmedia
Tebal:
232 halaman
Tahun
terbit: 2015
Kita pernah berhenti di
persimpangan jalan yang hampir membuat kita menyerah. Berkali-kali aku mencoba
menepismu, menamaimu cinta yang tak tentu arah.
Namanya adalah Gun.
Seorang laki-laki Bumiputra asli.Gun memiliki keyakinan didalam dirinya bahwa
ia adalah seorang ‘Jawa Tampan’ yang memiliki kulit gelap, rahang dan tulang
pipi yang tegas, serta tubuh yang tegap. Gun jatuh hati kepada gadis cantik
keturunan Tionghoa yang ia lihat saat di trem kelas 2. Hari itu pula, Gun
mengikuti gadis itu sampai ke beberapa tempat, termasuk toko kereta angin Baba “Liem”,
yang akan menjadi tempat bersejarah bagi Gun dan gadis cantik itu. Hari selanjutnya,
Gun mencari cara untung dapat berkenalan dan berjabat tangan dengan gadis
tersebut. Karena menurut Gun, dari jabat tangan lah, semua akan lebih mudah,
termasuk mengetahui namanya.
Gun bekerja pada kantor
pos milik Gubermen Belanda. Sedangkan Lin, nama gadis itu, adalah seorang
pengajar di sekolah bikinan Tiong Hoa
Hwee Kwan (THHK). Perbedaan keturunan, latar belakang, dan situasi saat itu
lah yang membuat keduanya dipertemukan tetaapi tidak dapat bersatu. Perjalanan Gun
dan Lin mengalami banyak hambatan. Tetapi, pemikiran-pemikiran mereka lah yang
membuat mereka tersadar dan berjuang menurut tujuannya masing-masing. Namun,
tetap saja, Gun dan Lin sangat lah berbeda. Seorang Bumiputra dan seorang
Tionghoa, pantaskah? Gun terlanjut jatuh hati.
Kau, jika kau di sana itu jatuh cinta, kuharap
kau pilihlah dengan bijak. Nasib memang membentuk pikiran, tapi pikiran belum
tentu mengubah nasib.
Cover novel ini membuat
saya men-judge bahwa akan terjadi kisah cinta yang monoton, seperti kisah cinta
lainnya yang dapat ditebak. Tetapi, ternyata tidak. Memang sih endingnya sesuai
dengan ekspetasi saya, tetapi tidak dengan jalan ceritanya. Penulis seperti
telah menyiapkan kejutan-kejutan kecil disetiap babnya. Hal itu membuat pembaca
merasa terobrak-abrik, apalagi saya. Saya merasa emosi saya benar-benar
dimainkan oleh penulis. Saya sangat suka permainan emosi tersebut. Kisah cinta
ini memang klise, perbedaan latar belakang. Tetapi, hal tersebut terjadi
disituasi yang tidak biasa. Dengan situasi pada masa penjajahan Belanda, kisah
cinta yang terjadi antara Gun dan Lin menjadi lebih indah dan penuh perjuangan.
Selain kisah cinta,
penulis memberikan pengetahuan kepada pembacanya mengenai masa-masa yang
terjadi pada jaman penjajahan Belanda. Pemaparan tentang situasi saat itu,
tentang masalah-masalah yang terjadi, dan tentang apa saja yang menjadi vital
pada saat itu dikemas secara lugas dan menarik. Walau ada beberapa kalimat yang
menurut saya ganjal dan membuat saya tidak mengerti. Tatanan bahasa yang
digunakan tidak biasa. Mungkin karena harus mengikuti gaya bicara orang-orang
pada jaman itu? Saya kurang mengerti juga, hehe. Dan yang terakhir, menurut
saya, ending yang terjadi tidak begitu ngena.
Tapi, novel ini tetap recommended
untuk dibaca.
Bentangan jarak dan
waktu bukan halangan. Rindu akan membawa mereka pulang. Namun, masih cukupkah
rindu yang mereka miliki?
***
17.42 - 21 Desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar