Rabu, 21 Desember 2016

[BOOK REVIEW] Novel Rindu yang Membawamu Pulang

Novel Rindu yang Membawamu Pulang


Judul: Rindu yang Membawamu Pulang

Penulis: Ario Sasongko

Penerbit: Gagasmedia

Tebal: 232 halaman

Tahun terbit: 2015

Kita pernah berhenti di persimpangan jalan yang hampir membuat kita menyerah. Berkali-kali aku mencoba menepismu, menamaimu cinta yang tak tentu arah.

Namanya adalah Gun. Seorang laki-laki Bumiputra asli.Gun memiliki keyakinan didalam dirinya bahwa ia adalah seorang ‘Jawa Tampan’ yang memiliki kulit gelap, rahang dan tulang pipi yang tegas, serta tubuh yang tegap. Gun jatuh hati kepada gadis cantik keturunan Tionghoa yang ia lihat saat di trem kelas 2. Hari itu pula, Gun mengikuti gadis itu sampai ke beberapa tempat, termasuk toko kereta angin Baba “Liem”, yang akan menjadi tempat bersejarah bagi Gun dan gadis cantik itu. Hari selanjutnya, Gun mencari cara untung dapat berkenalan dan berjabat tangan dengan gadis tersebut. Karena menurut Gun, dari jabat tangan lah, semua akan lebih mudah, termasuk mengetahui namanya.

Gun bekerja pada kantor pos milik Gubermen Belanda. Sedangkan Lin, nama gadis itu, adalah seorang pengajar di sekolah bikinan Tiong Hoa Hwee Kwan (THHK). Perbedaan keturunan, latar belakang, dan situasi saat itu lah yang membuat keduanya dipertemukan tetaapi tidak dapat bersatu. Perjalanan Gun dan Lin mengalami banyak hambatan. Tetapi, pemikiran-pemikiran mereka lah yang membuat mereka tersadar dan berjuang menurut tujuannya masing-masing. Namun, tetap saja, Gun dan Lin sangat lah berbeda. Seorang Bumiputra dan seorang Tionghoa, pantaskah? Gun terlanjut jatuh hati.

Kau, jika kau di sana itu jatuh cinta, kuharap kau pilihlah dengan bijak. Nasib memang membentuk pikiran, tapi pikiran belum tentu mengubah nasib.

Cover novel ini membuat saya men-judge bahwa akan terjadi kisah cinta yang monoton, seperti kisah cinta lainnya yang dapat ditebak. Tetapi, ternyata tidak. Memang sih endingnya sesuai dengan ekspetasi saya, tetapi tidak dengan jalan ceritanya. Penulis seperti telah menyiapkan kejutan-kejutan kecil disetiap babnya. Hal itu membuat pembaca merasa terobrak-abrik, apalagi saya. Saya merasa emosi saya benar-benar dimainkan oleh penulis. Saya sangat suka permainan emosi tersebut. Kisah cinta ini memang klise, perbedaan latar belakang. Tetapi, hal tersebut terjadi disituasi yang tidak biasa. Dengan situasi pada masa penjajahan Belanda, kisah cinta yang terjadi antara Gun dan Lin menjadi lebih indah dan penuh perjuangan.

Selain kisah cinta, penulis memberikan pengetahuan kepada pembacanya mengenai masa-masa yang terjadi pada jaman penjajahan Belanda. Pemaparan tentang situasi saat itu, tentang masalah-masalah yang terjadi, dan tentang apa saja yang menjadi vital pada saat itu dikemas secara lugas dan menarik. Walau ada beberapa kalimat yang menurut saya ganjal dan membuat saya tidak mengerti. Tatanan bahasa yang digunakan tidak biasa. Mungkin karena harus mengikuti gaya bicara orang-orang pada jaman itu? Saya kurang mengerti juga, hehe. Dan yang terakhir, menurut saya, ending yang terjadi tidak begitu ngena. Tapi, novel ini tetap recommended untuk dibaca.

Bentangan jarak dan waktu bukan halangan. Rindu akan membawa mereka pulang. Namun, masih cukupkah rindu yang mereka miliki?


***
17.42 - 21 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar