Selasa, 13 Desember 2016

Dear San (3)

Dear San,

Halo, San! Apa kabar? Semoga kabar baik yang akan selalu kamu sampaikan ya. Kapanpun sampainya, aku tidak peduli, selama itu kabar baik, i wish. Kabarku baik, San. Hm ya, mungkin aja kamu tanya balik, hehe. Biasanya, kalau orang tanya kabar, pasti ditanya balikkan? Ya, aku positif aja kalau kamu tanya balik. Kalaupun enggak, gapapa kok. Biar kamu tau, kalau aku selalu baik. Berusaha.

Halo, San! How’s life? Sepertinya, ada banyak hal yang aku lewatkan, ya? Would you tell me? Aku selalu rindu cerita-ceritamu, San. Cerita tentang mimpi-mimpi randommu. Cerita tentang sarapan pagimu. Cerita tentang berita-berita yang kamu tonton. Cerita tentang kejadian absurd yang kamu temui hari itu. Aku rindu.

Hai, San! Apa kabar Jakarta? Iya, kamu pasti bosen deh dengar pertanyaanku yang satu ini. San, seburuk-buruknya Jakarta, itu tetap kotaku. Kota tempatku berpulang. Walau tak senyaman Jogja, Jakarta punya arti yang mendalam. Oh ya, dengar-dengar, kamu sudah tidak di Jakarta lagi, ya? Glad to hear that. Itu pasti yang terbaik yang Tuhan kasih ke kamu. Lagian, Bandung juga kota yang indah, bukan?

Hai, San! Kamu mau dengar sedikit ceritaku? Kamu masih ingat gedung biru tingkat empat? Aku lewat situ beberapa hari yang lalu! Tidak pernah berubah San. Hanya saja, terlihat semakin kumuh. Selebihnya, gedung itu masih sama. Masih terpampang sebuah logo bimbingan belajar didepannya. Masih banyak juga tukang jualan di halamannya. Tapi, tidak ada Takoyaki kesukaan kita. Entah karena tutup, atau memang sudah tidak ada. Hari dimana aku lewat adalah sore hari. Senja, San. Bahkan langitnya pun masih menorehkan warna yang sama. Orange-kuning-semburat pink. Apik. Akan lebih apik kalau dilihat dari rooftop di lantai 4.. I miss yaa.

San, aku tidak pernah menyesali apapun. Ketika hari-hari dulu terjadi, kita hanyalah sepasang anak kecil yang terbawa arus kerasnya Jakarta. Sepasang anak kecil yang menjadi korban arus kehidupan yang deras. Aku yakin, kamu tau persis apa yang terjadi selama ini. Aku yakin, kamu tau bahwa aku pun merasakan dan memikirkan hal yang sama. Sekali lagi, ini bukan sebuah penyesalan.

Ini hanya sebuah surat kabar dari teman lama yang ingin bersua kembali.

Aku rindu, San.


With smile,

Fin.

***

14.51 – 12 Desember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar