Sabtu, 17 Juni 2017

Pertanyaan Bunga Kepada Daun

Tadi pagi, Bunga bercerita pada Daun. Bagaimana jika ia bisa menghentikan waktu? Walau hanya untuk sesaat. Daun pun menjawab, jika Bunga bisa, itu berarti Bunga hebat. Tapi, Bunga tau bahwa ia tidak hebat. Ia pun bertanya pada Daun, bagaimana cara menjadi hebat? Daun pun menjawab:

Untuk mengabadikan sebuah momen, tidak diperlukan mesin atau alat canggih untuk menghentikannya. Kamu cukup menutup mata, meresapi semua yang sedang terjadi. Kemudian menyimpannya diingatanmu. Kamu cukup mendengarkan dan merasakan yang sedang berlangsung saat itu. Jiwamu sendiri lha, alat canggih itu. Ia akan melakukan lebih dari membekukan waktu, ia akan mengenang semua itu secara apik pada salah satu sudut didalam relungmu. Jangan khawatir bila itu akan lenyap, karena jika itu sangat berarti bagimu, ia tidak akan menghilang dan lenyap tanpa jejak.

Bunga bertanya lagi kepada Daun, bagaimana jika seseorang itu tidak mengenang seperti kita mengenang mereka?

Daun berkata:

Biarkan saja! Itu bukan urusanmu. Jika ia melakukan hal yang sama, itu adalah bonus.

Ketika tersadar, Bunga bertanya, bagaimana bisa kamu melewati semua itu, Daun? Sedangkan kamu terlihat baik-baik saja saat ini.

Daun membisu. Hanya sesaat. Kemudian, berujar:

Kamu tidak pernah benar-benar tau apa yang aku alami, Bunga. Aku tidak ingin mengatakan bahkan itu sulit dan menunjukkan semua kesedihan dan kepedihan. Karena, yaa, memang itu adanya. Buat apa menunjukkan bila semua sudah tau? I'm not fine at all. Tapi, aku masih punya kenangan pada salah satu sudut didalam relungku, Bunga. Maka, dari sana lha, aku kuat.

Bunga merasa hampa, kemudian bertanya kembali, bagaimana kalau aku tidak kuat?

Daun menjawab:

Bila kamu tidak kuat, temui sumbernya. Temui ia yang membuatmu tidak merasa kuat. Cari tahu kebenarannya seperti apa. 

Bunga meragu, bagaimana bila jawaban yang aku temui tidak sesuai dengan hatiku?

Daun menjawab dengan lebih tenang:

Bungan, ingat lha. Karena pada akhirnya, kamu akan belajar bahwa sakit dan pahit atau lega dan bahagia itu hanya perkara waktu. Begitu juga dengan ikhlas. Jangan menerka-nerka jika tidak ingin kecewa. Ikhlas saja.

Bunga menangis sejadi-jadinya. Daun memberi sapu tangan dan meninggalkan Bunga sendirian untuk berpikir. Sambil tersenyum, Daun melihat ke langit, Bulan. Daun selalu tersenyum melihatnya. Entah pertanda apapun senyum itu.


***
Jakarta, 17 Juni 2017 - 23.19 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar