Sabtu, 24 Juni 2017

Tatap dan Senyum

Pada lampu di ujung perempatan, kita berjumpa. Tatapmu lurus kedalam manik mataku. Aku diam membisu. 

Kita tidak beranjak. Seolah-olah, detik demi detik merayap pelan sembari menggerogoti kaki-kaki kita. Atau mungkin hanya kakiku yang pasalnya, seperti membeku ditempat atau dipaku kedalam bumi. 

Sejurus kemudian, kamu tersenyum. Senyum yang melelehkan semesta. Karena setelahnya, hujan turun rintik-rintik. Sepertinya, semesta pun setuju, bahwa senyummu dapat menggetarkan jantung siapapun. Termasuk aku dan langit. 

Pada detik itu pula, aku berdoa. Semoga Tuhan berbaik hati untuk mempertemukanku dengan tatap dan senyum itu setiap harinya di masa depan.


***
Pekalongan, 24 Juni 2017 - 21:47 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar