Dear
San,
Selamat
malam dari Yogyakarta, San!
Apa
kabarmu malam ini? Sudah terlelap, ya? Semoga mimpi indah selalu berpihak
padamu, ya. Atau mungkin mimpi thriller? Lalu, pagi hari kamu cerita kepadaku
tentang mimpi itu. Haha, I wish.
Akhir-akhir
ini, Yogyakarta sudah mulai diguyur hujan. Iya, sih, hujannya sore atau malam
hari. Jadi, kalau kuliah enggak harus basah-basahan. Tapi, jadi bikin mellow.
Hahaha. Iya, aku selalu ingat kok, sapaan (re: ledekan) itu. Oh iya, kalau sore
hujan, jadi pengin indomie rebus. Kerjaan kita ditengah-tengah les dan kelaparan,
adalah makan indomie. Oh! Dan nutrisari atau pop ice! Yummy! By the way,
Bandung gimana? Sudah mulai hujan juga?
San,
entah memang seperti ini jalannya atau memang kita tidak pernah benar-benar ada
pada satu circle yang sama, ya?
Sangat sulit untuk menemukanmu. Dan anehnya lagi, aku masih berusaha mencarimu.
Tapi, tidak pernah benar-benar berani mencari dalam arti yang sesungguhnya.
Kamu mengerti, ya kan, San?
San,
aku tidak tau, apakah kamu membaca ini, atau beberapa surat sebelumnya, atau
tidak pernah. Aku memang tidak benar-benar berharap kamu akan membacanya. Setidaknya,
aku lega karena memiliki bukti nyata jika suatu saat kita bertemu dan berbagi
cerita.
Tapi,
jika kamu membaca ini, jangan ragu. Iya, ini tentangmu, San.
Tentang
pesan-pesan yang tidak pernah aku sampaikan kepadamu, dan tentang hal-hal yang
baru aku sadari setelah semuanya terjadi dan terlambat. Sangat terlambat.
Selamat
hari lahir, ya, San! Seharusnya, 98 hari yang lalu aku membuat tulisan “Dear
San” ini. Tapi, tulisan “Tatap dan Senyum” lebih cocok di-post pada tanggal
tersebut.
With
smile,
Fin
***
Yogyakarta,
30 September 2017 – 01:20 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar